Jurnal Ilmiah

Panduan SOS

Prog. SOS FAI

Prog. SOS FAI
Sistem Informasi Akademik Mahasiswa FAI Berbasis Online

Popular Posts

Followers

CELEBRITY

Tamu-nya FAI

Showing posts with label Umum. Show all posts
Showing posts with label Umum. Show all posts

Sungguh Allah SWT adalah pemilik sempurna ruh manusia, bila ruh milikNya telah dikehendaki untuk kembali ke diri-Nya, tiada kuasa dan daya yang mampu menghadangnya.Sobat FAI tercinta, diiringi hujan gerimis kecil di pagi ini, Kamis 24 Juni 2010 pada pukul 08.00 FAI UNISMA menerima khabar mengejutkan, salahsatu putra terbaik FAI berpulang
ke Hadlirat ilahiy Rabby. Beliau al maghfurlah Drs. H. Masduqi ZL, M.PdI meninggal dunia di RS Saiful Anwar Kota Malang karena sakit. Berita ini sungguh mengagetkan banyak fihak, karena dalam keseharian aktifitas di kampus, beliau nampak sehat dan tidak ada tanda-tanda sakit yang mengkhawatirkan. Namun Allah SWT memiliki rencana lain, sebuah rencana yang tidak bisa diprediksi oleh manusia secerdas apapun. Sungguh Allah maha kuasa atas segala kehendak-Nya.

Sobat FAI, beliau almarhum Drs. H. Masduqi ZL, M.PdI merupakan figur yang amat fenomenal di FAI. Banyak orang yang mengenal beliau amat terkesan dengan performanya yang sangat ramah, banyak senyum, humoris dan bersahaja. Kesungguhannya dalam menjalankan tugas akademik selama mengabdi di FAI UNISMA seringkali menimbulkan kekaguman di kalangan sivitas dan kolega beliau. Belakangan ini kesibukan beliau semakin bertambah, karena tengah menempuh studi S3 di UIN Malang beliau juga tengah mempersiapkan banyak rencana dan program pengembangan di bidang akademik. Sungguh pengabdian dan pengorbanan yang tiada ternilai harganya.

Sobat FAI, orang yang pernah melihat beliau pasti tidak akan melupakan bahwa beliau adalah pribadi yang selalu tersenyum. Seolah ingin memberikan pelayanan terbaik kepada semua saja yang berkepentingan dengan beliau. Ada sapaan akrab yang selalu beliau gunakan ketika bertemu dengan kolega selama di kampus, kata-kata “ Akhi…” adalah sapaan untuk semua dosen dan sahabat2 yang beliau jumpai.

Sobat FAI, figur populis dan humoris itu kini telah meninggalkan FAI untuk selama-lamanya. Seluruh mahasiswa, alumni, dosen-karyawan dan siapa saja yang pernah berjumpa dengan beliau tentu amat kehilangan dengan berpulangnya beliau ke haribaan ilahiy. Amatlah pantas kiranya bila kita memanjatkan doa untuk segala pengabdian dan jasa beliau bagi pengembangan FAI UNISMA dan dunia pendidikan yang digelutinya. Mari kita berdoa semoga Allah SWT berkenan memberikan ampunan atas segala khilaf dan menerima atas segala amal shalih yang pernah diperbuat beliau. Selamat jalan dosenku, selamat jalan kerabatku, Selamat jalan Akhi…..
Selengkapnya.....


Inna Lillahi Wa inna Ilaihi Rajiun......Sulit dipercaya tokoh melegenda dan populis itu kini telah meninggalkan Republik Indonesia Tercinta. Bunga ratna itu kini gugur menyatu dengan bumi pertiwi.Republik ini diliputi awan mendung gelap membentang dari sabang menuju pojok semenanjung papua. Rintik air hujan yang membasahi bumi di musim hujan ini, mengalir beriringan dengan kelopak mata manusia Indonesia yang nampak sembab memerah tiada henti mengucurkan derai airmata kepedihan. Gus...Kepergianmu membuat pecintamu kehilangan separuh jiwa yang kini kau bawa kembali ke hadirat Ilahy Rabby...
Gus...Kepergianmu membuat sahabat dan teman-temanmu kehilangan tempat untuk berbagi, tempat mengadu ketika orang lain membalikkan muka dan menutup pintu pertolongan dari sesamanya...
Gus...Kepergianmu membuat orang yang pernah membencimu menjadi sadar bahwa engkau adalah sosok terbaik yang pernah dimiliki oleh negeri ini..
Gus...Kepergianmu menandakan bahwa baktimu pada Ibu Pertiwi sudah purna dengan sebaik-baiknya...
Gus...Tunai sudah baktimu pada Ibu Pertiwi...Dia sudah memanggilmu, datanglah dengan senyum sahajamu yang selalu menghiasai hidupmu di dunia ini....
Gus Dur...Selamat Jalan....Bangsa ini mendoakan kehidupan barumu.....

Allahummaghfirlahu...warhamhu...wa'afihi wa'fu 'anhu.........

Selengkapnya.....


Nampaknya permulaan jalannya kepemimpinan presiden SBY di era kabinet bersatu episode II ini tidak berjalan dengan mulus. Kejadian ini persis dengan peristiwa 5 tahun lalu ketika SBY baru saja dilantik menjadi presiden.
Bedanya saat itu persoalan yang dihadapi SBY adalah bencana Tsunami yang terjadi di awal-awal kepemimpinan beliau, sementara saat ini bencana nasional yang dihadapi presiden adalah isu dan wacana kenaikan gaji menteri kabinet bersatu. Lho koq ‘bencana nasional’….? Coba dipikir sob, pada saat rakyat dan penduduk negeri ini sedang menderita akibat bencana gempa bumi baik di Tasikmalaya sekitarnya, Padang – Bengkulu sekitarnya, Papua sekitarnya dan Maluku sekitarnya ( daerah mana yang mau nyusul..? ) bisa-bisanya pejabat negeri ini sibuk mikirin diri sendiri dan mengabaikan amanat penderitaan rakyat yang telah berputus asa mengharap kearifan pemimpinannya di Jakarta sana. Apa pejabat negeri ini tidak menyadari posisi mereka di pentas politik negeri ini adalah hasil keringat rakyat juga yang bersusah payah mensukseskan perhelatan pemilu beberapa bulan yang lalu. Bukankah mereka terpilih menjadi wakil rakyat karena suara rakyat juga ??? bukankah dulu mereka merayu-rayu rakyat, bermanis-manis lidah mengikat janji bakal memperbaiki nasib penduduk bumi nusantara ini. Apa janji itu terbukti ???


Rakyat jadi bertanya-tanya sebenarnya parameter dan kriteria presiden dalam memilih calon menteri kemarin memakai standar apa ? standar balas budi ? standar under pressure ? standar suka-suka ? standar simbiosis mutualisme ? standar profesionalisme ? atau apa ?? Jujur saja berapa orang yang capable dan professional dalam jabatan kementerian yang didudukinya ? Apakah menteri X punya kapabilitas, kapasitas dan berasal dari kelompok professional yang memiliki visi yang jelas dalam menangani persoalan-persoalan kebangsaan yang sedemikian rumit dan kompleksnya. Jangan-jangan para menteri kabinet bersatu episode II ini hanya bisa beretorika dan bersilat lidah sebagaimana ketika mereka mencalonkan diri kepingin menjadi anggota legislatif kemarin. Alangkah nestapa nasib penduduk negeri ini bila kenyataannya begitu.







Penduduk negeri ini juga masih ingat ketika presiden SBY menjadi juri Indonesian Ministry Contest, - macam Indonesian Idol atau Take Him Out lah – satu persatu calon menteri datang ke Cikeas menghaturkan seluruh pemikiran dan keseluruhan dirinya untuk ‘mengabdi’ kepada sang Pemenang dan Penakluk jagat politik Indonesia untuk melakukan kontak politik ( ‘L Contract Politique = kira-kira lho… ) mendukung sang Presiden menggenggam kuasa politik di negeri ini. Bisakah mereka para menteri itu bekerja dengan hatinurani dan secara obyektif mampu memahami persoalan yang dihadapi oleh rakyat negeri ini, bila ternyata mereka bukan berasal dari komunitas yang bersinggungan langsung dengan departemen yang dipimpinnya. Apa yang akan dikerjakan oleh mereka ??

Pertanyaan tadi diperkeruh dengan isu, dan wacana kenaikan gaji para menteri yang kisarannya berada pada angka 18.648.000 per bulan. Gaji pokok sekitar 5 jutaan dan tunjangan jabatan sekitar 13 jutaan, untuk ukuran menteri gaji segitu sepertinya wajar. Namun yang tidak wajar adalah, mengapa gaji musti naik dulu padahal kinerja belum kelihatan ?? yang lebih mencengangkan lagi adalah biaya operasional menteri yang konon bisa mencapai angka 100 – 200 juta perbulan ? plus mobil mewah seharga lebih dari 1 milyar. Belum lagi tunjangan hotel bila melakukan perjalanan dinas dan pos-pos lain yang muncul akibat perjalanan dinasnya itu. Sekadar informasi, ketentuan terkini gaji seorang presiden RI sebesar Rp Rp 62,7 juta sebulan. Sementara wapres Boediono bergaji Rp 42 juta. Dalam satu periode, seorang presiden RI menerima gaji resmi Rp 3,7 miliar. Penerimaan tersebut belum termasuk berbagai fasilitas dan tunjangan lainnya. Secara rinci, setiap bulannya SBY menerima gaji pokok Rp 30/240.000 dan tunjangan jabatan Rp 32.500.000. Sehingga totalnya, setiap bulan SBY menerima penerimaan Rp 62.740.000. Dalam setahun total -dikalikan 12 bulan--penerimaan Rp 752.880.000. Dalam satu periode (5 tahun) seorang presiden bergaji Rp 3,7 miliar lebih. Dengan hitungan yang sama Wapres tiap bulan menerima Rp 42.160.000 dengan rincian, gaji Pokok Rp 20.160.000 ditambah tunjangan jabatan Rp 22.000.000. Gaji setahun Boediono Rp 505.920.000. Selama lima tahun, gajinya Rp 2,6 miliar lebih. Sementara Menteri Negara, Jaksa Agung, Panglima TNI dan pejabat lain yang setingkat atau disetarakan dengan menteri menerima gaji pokok Rp 5.040.000 dengan tunjangan jabatan Rp 13.608.000. Sehingga total penerimaan Rp 18.648.000 per bulan, belum termasuk fasilitas dinas.

Secara rinci dapat disimpulkan bahwa gaji pejabat negara terdiri atas :
Gaji Pokok dan Tunjangan ( Allowance ),adapun ragam tunjangan yang diberikan antara lain:
a. Tunjangan Jabatan
b. Tunjangan Keluarga
c. Tunjangan Kehormatan
d. Uang sidang
e. Tunjangan Komunikasi Intensif dan tunjangan lain ( aduuhh ....)
sementara fasilitas yang bakal diraup pejabat negara antara lain:
a. Kendaraan dinas
b. Rumah dinas
c. Kesehatan
d. Listrik dan Telephon
e. Sopir Pribadi
f. Biaya operasional harian
g. Bantuan BBM
h. Pengawalan dan pelayanan pimpnan dan fasilitas lain ( wwwaduhh....)

Pertanyaannya apa alasan dan motivasi dibalik kenaikan gaji itu ? apakah para menteri memang membutuhkan semua kenaikan gaji itu ? bukankah mereka sudah cukup kaya dan terhormat ketika belum menjadi menteri ? bukankah kenaikan gaji mereka tidak akan berdampak secara positif dan linier dengan kinerja dan prestasi mereka nantinya ? bukankah kenaikan gaji menteri dan pejabat lainnya bakal memicu naiknya sembako dan barang-barang kebutuhan rakyat lainnya ? bukankah rakyat negeri ini lebih membutuhkan tunjangan apapun namanya dibanding para pejabat itu ?? mengapa di negeri ini anomali-anomali semacam ini selalu dipelihara ??

Apakah kenaikan gaji para menteri dan pejabat setingkat menteri merupakan wujud dari program kerja 100 hari kabinet Indonesia bersatu ?? Lha untuk rakyat yang menderita di negeri ini program kerja yang diusulkan apa ?? katanya mereka ’pro rakyat’ katanya mereka ’lahir-besar-mati dalam perut rakyat’ katanya mereka ’berjuang untuk rakyat’ mengapa nasib rakyat hanya diperhatikan dan disajikan dalam poster kampanye, baliho-baliho, umbul-umbul dan tayangan iklan sewaktu kampanye kemarin ?? mengapa nama ’rakyat’ hanya dijadikan papan nama bagi sebuah lembaga di senayan sana ?? oohh pusing aku....mending facebook-an aja ah, siapa tahu bisa curhat sama tukul arwana, sosok yang lebih merakyat ketimbang dewan perwakilan rakyat. Qi qi qi....
Selengkapnya.....


Kemarin hari Rabu, 12 Agustus 2009, MK memutuskan menolak permohonan dua pemohon yakni 2 capres yang kalah dalam pemilu presiden tahun 2009. serta merta berdasarkan keputusan MK itu maka SBY secara yuridis memperoleh legitimasi yang kuat untuk melanjutkan kepemimpinan beliau selama 5 tahun mendatang. Legitimasi SBY untuk menjadi presiden tidak hanya dalam ranah hukum, namun secara sosial politik SBY juga mendapat dukungan yang luas baik dalam pergaulan internasional maupun keterterimaan beliau dalam hati sanubari rakyat Indonesia. Benarkah demikian ??
Sobat fai tercinta, kompetisi, pertarungan, perlombaan dan dan segala bentuk persaingan lainnya selalu menyisakan fihak yang kalah dan menang. Kemenangan disambut dengan hangar bingar hiruk pikuk sorak sorai pemenang dan pendukungnya. Senyum manis mengembang dengan indahnya tiada henti tersungging di sudut pipi peraih kemenangan. Seolah kerja keras selama ini terbayar sudah dengan hasil yang sangat memuaskan. Sebaliknya bagi yang kalah, sumpah serapah, syak wasangka, tipu muslihat dan dendam kesumat menjadi aroma yang sangat kuat berhembus dari wajah-wajah kusut mereka. Mereka tidak percaya bahwa kekalahan itu akhirnya datang juga, padahal beribu janji, senyum manis, tegur sapa, dan segala bentuk rayu tebar pesona sudah mereka peragakan dengan bagusnya. Mereka yakin menang, dan tidak mungkin kalah, karena dimana-mana dielu-elukan rakyat. Ternyata yang terjadi adalah sebaliknya, rakyat tidak mempercayai mereka, dan mereka merasa ada sesuatu yang aneh dan ganjil dengan pelaksanaan demokrasi di negeri ini. Maka meradanglah sebagian dari anak bangsa negeri ini menuntut keadilan agar ditegakkan dengan sebaik-baiknya serta menolak keseluruhan hasil pemilu 2009.

Bentuk penolakan mereka memang beranekaragam sesuai dengan tingkat budaya, pendidikan, kapasitas dan lingkungan yang ada di sekitar mereka. Jika petinggi politiknya menolak hasil pipres dengan mengajukan permohonan pembatalan hasil pilpres ke MK, maka simpatisan partai pengusung calon presiden menunjukkan penolakan mereka itu dengan cara yang aneh.


Koq aneh...?? yah mereka menolak hasil pilpres dengan cara menanam (mengubur) tubuh mereka hingga batas kepala. Mulai mata kaki hingga leher, mereka benamkan ke dalam tanah sebagai simbol perlawanan mereka terhadap prosedur penyelenggaraan pemilu yang penuh dengan kecurangan. Rencananya ’penguburan diri’ ini akan berlangsung sampai pada batas yang tidak ditentukan, atau hingga protes mereka di dengar oleh petinggi negara ini.

Sayangnya...aksi dramatis ini berakhir tragis, sebab pelakunya kemudian kesurupan atau sebagian pelaku penguburan diri ini pingsan tidak kuat menahan sesaknya beban derita baik fisik maupun non fisik.Aqal sehat tentu akan bertanya: untuk apa mengubur diri jika hanya untuk menolak hasil pemilu?? Apakah dengan mengubur diri ada dampak yang signifikan berpengaruh terhadap jalannya sidang yang digelar oleh MK ?? Apakah rakyat negeri ini, apakah pemimpin negeri ini, dan apakah pecinta demokrasi di negeri ini merasa terbantu dan tergerak hatinya untuk mendiagnosa kembali kesehatan demokrasi dan keadilan negeri tercinta ini ?? apakah dengan mengubur diri situasi politik, hukum, sosial segera memihak mereka ?? Nilai filosofi apa yang terkandung dari penguburan diri ini jika tujuannya hanyalah untuk menutupi kegagalan dari perjuangan yang kurang maksimal ?? Seberapa kuat pesan yang disampaikan kepada telinga dan kesadaran rakyat penghuni negeri ini dengan aksi penguburan ini ?? Sebagian rakyat negeri ini menganggap aksi ini adalah aksi heroik, wujud nasionalisme dan simbol perjuangan mempertahankan kebenaran. Sebagian rakyat negeri ini juga berpendapat sebaliknya, bahwa aksi penguburan diri ini adalah aksi konyol, irrasional dan kekanak-kanakan. Sebuah ide dari perbuatan budaya yang tidak lazim memang selalu memunculkan kontradiksi. Ada yang setuju mengangguk-angguk sampai ngantuk...ada yang menolak sembari tertawa terbahak-bahak. Anda sobat Fai berada dalam posisi mana....hi hi hi...
Selengkapnya.....



Ada apa dengan judul di atas??? Bukankah itu adalah bunyi dari sebuah iklan di televisi?? yups benar sob, tapi bukan maksud fia untuk sekedar menirukan bunyi iklan itu. Fia cuman berusaha memotret tanggapan para capres kita ketika membaca, mengamati sekaligus menanggapi hasil penghitungan quick count dari berbagai lembaga survey. Mendadak para capres kita itu serasa mati gaya, tidak enerjik lagi, tidak ada senyum merekah renyah sebagaimana mereka tunjukkan sebelum pemilu presiden di gelar. Ada apa ini sob..??
Sobat pasti ingat sebelum pemilu para capres kita berusaha tebar pesona, senyum sana senyum sini, begitu ramah menyapa rakyat kecil dengan senyum mengembang, tangan pemimpin itu begitu ringan menjamah-menjabat tangan rakyat jelata, masuk kampung, pasar, tempat sampah, bahkan gang kotor nan sempitpun tidak menjadi halangan bagi mereka demi sebuah kemenangan. Dengan gampangnya para capres kita memberondong kata, mengobral janji, menebar harapan, janji-janji manis itu mereka tebarkan dalam relung hati rakyat yang dengan kejujuran dan kesederhanaannya menaruh harapan besar dari janji-janji itu.
Mendadak sontak senyum indah itu berubah menjadi senyum kecut, senyum yang otot-otot dan syaraf di sekitar muka sebenarnya menolak untuk menampakkan diri. Senyum keterpaksaan.... kerongkongan serasa tercekat, kering, kata-kata itu jadi sulit keluar, tidak seperti biasanya..Selepas penghitungan quick count itu tiada lagi senyum indah mengembang, adapun kata-kata indah puitis berbalut rayu itu, kini berganti dengan amuk redam dalam hati. Wajah-wajah itu begitu tegang, kusut, layu dan berkerut. Ada apa ini sobat..??
Duhai pemimpinku...jangan ajari bangsa dan rakyatmu ini dengan tingkah aneh perilakumu. Engkau sebelum kampanye dengan tegar mengatakan siap kalah dan siap menang, karena ini adalah perhelatan demokrasi. Akan tetapi mengapa kini engkau berubah??? Jangan ajari bangsa ini takut menelan kekalahan, ajari kami sikap ksatria...mengapa harus disangkal kenyataan pahit ini..ingat bahwa dalam berdemokrasi itu tidak ada pihak yang kalah dan menang karena yang menang adalah rakyat itu sendiri.
Bukankah engkau sering mengatakannya demikian..??? bukankah engkau bagian dari rakyat Indonesia??? Bila rakyat Indonesia merasa bahagia, senang, bergembira bersuka cita, Mengapa engkau bersedih, merajuk, meradang, menyalahkan kambing tetangga yang berwarna hitam itu...ayoo bergembira berpesta bersama rakyat karena demokrasi baru saja dihelat. Andaikata ada anak bangsa ini yang berbuat curang dan nakal, jewer aja ke pengadilan biar diurus hakim. Biarkan yang jahat masuk penjara engkau tidak perlu menolak hasil demokrasi ini demi sebuah kehormatan, gengsi dan perhitungan ekonomis lainnya.
Semua faham, pesta demokrasi tidak murah akan tetapi membutuhkan biaya yang sangat besar. Belum energi, tenaga, sumberdaya dan pikiran sudah dikerahkan begitu rupa. Tidak ada yang mubazir, tiada yang sia-sia, setiap perjuangan menuntut pengorbanan. Menyadari kekurangan diri dan mengevaluasi kemampuan diri sendiri barangkali lebih baik daripada menyalahkan orang lain. Mempersiapkan diri sejak dini dengan sebaik-baiknya barangkali adalah alternatif terbaik dari semua persoalan yang kini dihadapi oleh para capres yang gagal. Butuh pengorbanan untuk sebuah pengakuan.
Benar kata Prof. Rheinald Kasali, pakar marketting terkenal itu, kalau mau menang jangan tebar pesona dan membuat pencitraan diri dalam waktu yang singkat. Perlu persiapan yang lama dan matang serta bukti dan bukannya janji. Harusnya semua capres membuat pencitraan dirinya jauuuuhh sebelum gema pilpres dikumandangkan. Sebab rakyat Indonesia sudah tahu kapasitas dan integritas masing-masing capres, so dengan rayuan dan bujukan model apapun mereka tak bakal bergeming. Keramahan, kesederhanaan, senyuman, kehangatan dan perhatian para capres selama masa kampanye di mata rakyat jelata hanyalah kepura-puraan belaka. Apalah artinya beramahtamah, bersenyum manis, hangat menyapa rakyat tetapi hanya selama 2 bulan terakhir ini...mana mau rakyat kita dikamuflase...? Ayooo pemimpinku jangan mati gaya......

Selengkapnya.....



Oleh : Fia al Kurosawa

Assalamualaikum,
Haru biru, euphoria dan genderang ‘perang’ mesin politik masing-masing capres sudah ditabuh dengan begitu membahana dan gemanya sebegitu jauh telah memecah suasana hening,harmoni masyarakat pedesaan yang sama sekali jauh dari pusat kekuasaan.Lamat-lamat perseteruan 5 tahunan itu telah meretas pekatnya rasa kesadaran dan hakikat kemanusiaan yang seharusnya dijaga dan dilindungi oleh siapapun juga. Beragam cara, metode, trik, upaya dan strategi pemenangan kampanye presiden telah dijalankan oleh masing-masing mesin politik calon presiden. Ada yang halus, ada yang sopan, ada yang bermartabat dan tidak jarang pula yang melakukannya dengan terang-terangan mengkritik kekurangan dan kelemahan masing-masing calon. Semua itu demi sebuah ‘kursi kekuasaan’ sebuah kursi panas yang Nabi Suci SAW pernah mensinyalirnya bagaikan benang tipis antara Amanah dan Nadamah. Sikap Amanah akan mengantarkan pemangkunya meraih keni’matan syurgawi yang tiada bertepi, sebaliknya jika pemangku kursi panas itu orang yang khianat, pelaku rusywah, tidak amanah terhadap rakyat yang dipimpinnya, maka jabatan itu menjadi Nadamah ( penyesalan) di akhirat nanti. Bila begitu berat konsekuensi akhirat yang bakal diterima oleh seorang pemimpin, mengapa para Capres, Tim Pemenang Pemilu, Mesin Politik, Simpatisan wa akhwatuha begitu antusias menggapai kursi panas itu. Peristiwa Cap Jempol darah yang sering mewarnai proses suksesi di negeri Indonesia ini merupakan tindakan yang bertentangan dengan rasa kemanusiaan dan jauh dari semangat kesucian jabatan kepemimpinan itu. Logika apa yang dipegang oleh para pencetusnya..?? Kesetiaan..?? Keteguhan pada komitmen...?? Hysteria...?? Keberanian...?? Kegagahan...?? Kalkulasi politik beda dengan kalkulasi cenayang, paranormal, dukun, tukang santet, penasihat spiritual, dan sebangsanya. Mereka hanya mempermainkan perasaan dan mental korbannya tanpa bisa memberikan jaminan secara faktual terhadap treatmen yang telah mereka berikan. Sugesti selalu menjadi obor penerangan bagi mahluk-mahluk tipe ini. Cobalah direnungkan ketika darah mengalir dari jempol kita apa yang terjadi...?? Apakah ada dampak yang secara sosial mampu merubah cara pandang, perilaku, dan kesadaran masyarakat untuk berbalik arah mendukung dan bersimpati pada para pelaku cap jempol darah itu..??. Alih-alih mereka bersimpati, yang terjadi justru tangan bisa tertular penyakit, karena digunakan secara bergiliran. Politik model begini tentu bukan politik yang bermartabat, bukan pula politik yang mengedepankan akal sehat, atau kompetisi yang terhormat.
Pandanglah masa depan bangsa ini, maka akan nampak oleh mu begitu berat dan beragamnya kesulitan hidup yang dienyam oleh masyarakat kita, Sadarlah...!! Fia bahkan lebih mengapresiasi Kontes SEO para blogger, ngga ada cap jempol darah, atau politik uang, paling cuman nembak Keyword hot-news media cetak atau media elektronika. So buat penggagas politik cap jempol darah sebaiknya ga usah diterusin deh gelora mensosialisasikan metode ini dalam rangka pemenangan pemilu capres. Mending gunakan akal sehat, logika, sopan santun, uswah hasanah, Tutwuri Handayani, silahkan tebar pesona, yakinkan publik bahwa anda memang layak untuk mewarisi jabatan yang penuh amanah ini. Selamat bekerja Tim Suksesi...semoga menjadi Tim yang Sukses, dapat proyek nih yee....
wassalam

Selengkapnya.....

Oleh : Fia al Kurosawa

Eh ada apa yah..? sobat bloger aku dijodohin neh ama ortuku dengan seorang lelaki yang enggak aku kenal. Pusing ga seh...? Padahal aq masih pengin kuliah sampai selesai. Heran deh hari gini masih ada aja ortu yang tega maksa-maksain anak gadisnya untuk menikah. Emang masa depan aq yang nentuin mereka apa ya..? tapi udah lah itu terserah mereka barangkali ini dah takdir aq...

Hi..hi...becanda koq sob, sebenarnya seh ga ada yang mo dijodohin ( tapi jujur aja mau juga tuh dijodohin..amaaaa..ridho rhoma..!!) hi hi...aq tuh lagi mikir2 tentang pilpres besuk hmmm enaknya milih siapa yah??? Swear sob aq ga punya alasan mengapa aq harus memilih calon-calon presiden yang itu-itu aja...Di mataku semua calon presiden yang ada sekarang ini ga gaul ( ’mang presiden harus gaul ya..)...nggak akrab dengan anak muda gitu lho maksud aq. Penginnya seh presiden RI tuh sempurna, tanpa cacat, kredibel ( kredit meubel ) yang bersih ( artinya sering mandi...hi hi ) jujur ( ’mang yang kemaren nggak jujur..??) yang cerdas (..komment apa yah..ga’ ah ) dan banyak deh sampai bingung nentuin kriteria. Fia sulit sekali memilih calon presiden RI yang sekarang nampaknya lagi pusing hitung-hitungan keuntungan politik dengan calon wapres-nya. Duh sob, bantuin fia milih mereka dunk...berdasarkan analisis mata bathin dan koalisiku dengan Mama Durent, terkumpullah data-data berikut :
a. SBY: dikenal sebagai pribadi yang kebapakan, wibawa dan ganteng ehm..ehm ( gantengan mana sama ridho rhoma yah..? ampe bingung aq milihnya...hi hi..) prestasi terbesar : program pemberian BLT untuk rakyat miskin dan presiden pertama yang berhasil menurunkan harga BBM ( turun sendiri apa diturunkan yah..?? ) Hebat yah sob,...menurutku seh...ga taulah. Aq seh ga mengidolakan presiden yang gagah, wibawa dan ganteng (..kalo calon suamiiii....musti gantenglah..) coz rakyat ga bisa kenyang dengan semua itu. Masyarakat tidak bakal cerdas dan sejahtera dengan penampilan presiden yang ’menjual’ seperti itu. Apalagi kebijakan BLT menurut aq seh bukan cara yang tepat untuk membantu mengatasi kesulitan ekonomi masyarakat miskin di perkotaan maupun di pedesaan. Tentang penurunan harga BBM itu, aq samasekali ga terkesima. Lha wong harga minyak Indonesia mengikuti fluktuasi harga minyak dunia. Kebetulan aja harga minyak dunia kemarin turun, so harga BBM dalam negeri musti turun juga dunk. Dan Fia pikir itu bukan karena prestasi seorang SBY atau siapa kek, akan tetapi mang harus turun, itu logika ekonomi aja sob. Bener ga seh... b.Yusuf Kalla; Beliau dikenal sebagai pribadi yang low profile, murah senyum, pengusaha sukses dan apalagi yah...entahlah, Fia kurang refrerensi neh, kasih tau dunk. Banyak analis meragukan beliau mampu secara konsisten bekerja dalam Tim yang solid. Mungkin konon jiwa pengusaha beliau yang suka tantangan-tantangan, prediksi, coba-coba dan spekulasi. Dalam artian beliau lebih mengedepankan skill diri sendiri dibandingkan dengan kerja kolegial. ( bener ga’ seh amatan politik aq ini...ngawur yah...??? maaf ya pak Kalla...) c. Megawati; beliau di kenal sebagai pribadi yang sabar, ramah , banyak senyum, keibuan, kalem, dan masih banyak deh...( banyak apa ga’ tahu..?? jadi malu..hi hi...) kasih tahu dunk buat nambah referensi aja. Oh ya beliau mewakili sebagian besar suara kaum perempuan. Lho ’mang kenapa dengan suara perempuan..?? Apakah Indonesia memerlukan semua itu..? Apakah masalah kemiskinan, kesehatan, pengangguran, kejahatan sosial, budaya, pendidikan, hukum, politik, ekonomi, dll...( uupss..buanyaak banged ) bisa diselesaikan dengan sifat ‘keibuan’ dan ‘ keperempuan’ beliau...?? tolong sob, jawab yah..bantu aku memikirkannya...( mikirrrr..?? sapa suruh mikir neng...) Kemudian cawapres mereka, Bpk. Wiranto, Bpk. Boediono, Bpk.Prabowo...siapa mereka...?? ada yang belum tahu..?? uhhgg...binguung..kenapa aq harus memilih mereka..?? berikan aq alasan sob...bantu ya...pliz..
Selengkapnya.....

Oleh : Fia al Kurosawa
Beberapa saat yang lalu hampir semua rakyat Indonesia merasa terhenyak, kaget dan prihatin. Seorang pendekar hukum, bapak Antasari Azhar disangka mendalangi pembunuhan terhadap rekan bisnisnya, yakni bapak nasrudin zulkarnaen. Orang jadi bertanya-tanya mengapa manusia jadi begitu mudah mencabut nyawa manusia yang lain tanpa memperhitungkan dosa dan azab yang bakal diterimanya kelak di akhirat. Mengapa demikian kejam manusia itu...??
dan tiba-tiba saja di tengah-tengah keterkejutan itu ada kambing hitam yang lewat dan kebetulan kambingnya bernama ‘ Rani Juliany’ so lengkaplah episode drama kejahatan manusia, karena seketika itu juga rani gadis cantik itu dituding sebagai penyebab dari melayangnya sebuah nyawa. Pejabat itu terlibat tindak pidana gara-gara persoalan asmara...!!! titik. Tapi sob, cobalah dipikir, apakah masalahnya sesederhana itu...?? Bila dirunut sejarah perjalanan manusia, tragedi pembunuhan terbesar dan paling monumental adalah kasus pembunuhan qabil terhadap saudaranya sendiri, Habil. Qabil membunuh Habil karena berebut salah satu unsur keindahan dunia yakni wanita, calon istri si habil. Sobat Fai tentu sudah sangat faham alur cerita geneologi nenek moyang kita itu. Fia cuman mo bahas kapasitas dan keseharian beliau berdua dari berbagai sudut pandang, barangkali bisa memahami mengapa bapak Antasahi Azhar disangka melakukan rencana pembunuhan itu. Sobat Fai tercinta, Qabil dalam hidup kesehariannya adalah seorang petani, peladang dan perambah hutan. Dalam artian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya qabil sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya alam yang ada. Qabil tinggal mengambil, memetik dan memanen beraneka ragam tanaman dan tumbuhan yang kala itu jenis dan manfaatnya sangat barmacam-macam. Qabil tidak perlu bersusah payah menanam atau bercocok tanam sedemikian rupa karena alam telah menyediakan dengan begitu luasnya. Sementara jumlah penghuni alam dunia waktu itu belumlah seberapa dibandingkan zaman sekarang ( koq tahu..??? entahlah, kira2 aja begitu..).Oleh karena itu qabil adalah ‘pemilik’ ( tuan tanah ) dari tanah dan tanaman yang tumbuh di atasnya beragam tanaman itu. Sementara Habil adalah peternak dan penggembala, di mana untuk menyambung hidupnya beliau harus bersusah payah berburu binatang di hutan, atau menjaga binatang ternak dari sergapan binatang pemangsa lainnya. Habil harus bersusah payah untuk melanjutkan hidupnya di dunia ini, keadaan yang sangat berbeda dengan yang dialami oleh qabil.
Dari sini kita bisa membandingkan performa qabil mewakili kelompok kaum Borjuis, tuan tanah, bos, yang dalam hidup keseharian tidak perlu bersusah payah untuk memenuhi tuntutan perut. Sementara habil mewakili kelompok masyarakat pekerja keras, orang-orang kecil yang demi sesuap nasi harus mengeluarkan seluruh tenaga yang dimilikinya. Demikianlah keadaan ini berlangsung hingga episode kedua anak manusia ini merangkak pada tahap kehidupan rumah tangga.

Nah pada saat keduanya memasuki fase kehidupan birahi, tuntutan syahwat yang sedemikian besar itu memaksa keduanya untuk segera menikah. Sejurus kemudian Nabi Adam AS memilihkan salah satu saudara perempuan dari keduanya untuk dinikahi baik oleh Habl maupun Qabil. Sayangnya pilihan/perjodohan itu ditentang Qabil, nampaknya qabil lebih naksir calon istri Habil. Maka terjadilah perebutan wanita untuk pertama kalinya dalam sejarah ummat manusia. Nah untuk menyiasati perebutan wanita ini Nabi Adam AS membuat sayembara berupa keduanya supaya mempersembahkan hak milik terbaik untuk diberikan kepada Allah SWT. Nah pada saat inilah, muncullah sifat asli dari kedua anak Nabi Adam AS ini. Qabil sebagai pribadi yang tidak pernah bekerja keras untuk mendapatkan sandang pangan justru mempersembahkan harta yang paling tidak bernilai untuk diberikan pada Tuhannya. Padahal ia memiliki sejumlah bahan pangan dengan kualitas yang baik, akan tetapi bahan pangan yang dipersembahkan kepada Tuhannya itu berupa beberapa butir gandum yang sudah layu tidak berisi lagi. Sementara habil mempersembahkan seekor domba yang sehat dan berisi untuk dipersembahkan kepada Tuhannya. Jelas saja persembahan qabil tadi ditolak, dan persembahan Habil yang diterima. Sehingga pada akhirnya Habil mendapatkan wanita yang cantik itu. Dan kita sudah tahu akhir dari episode ini, Habil sebagai saudara kandung Qabil bersimbah darah, meregang nyawa di tangan saudaranya sendiri, hanya gara-gara seorang wanita. ( mengapa wanita di sini disalahkan??? Harusnya nafsu serakah, nafsu hewani-lah yang patut untuk dipersalahkan dan bukan wanitanya...aku protess neh...!!)
Maka saat itu tergoreslah guratan pena sejarah tragedi pembunuhan pertama di muka bumi. Dan sayangnya sob, kita sebagai manusia sekarang ini adalah keturunan dari Qabil, manusia Sang Pembunuh itu. Manusia yang hidupnya tidak perlu bekerja keras, hanya memanfaatkan ’lingkungan’ di sekitarnya, manusia yang pemalas. Sementara pribadi unggul itu si Habil, si pekerja keras, si Penyantun meninggal tanpa sempat mewariskan sifat kedermawanan yang indah itu. Mengapa manusia sekarang suka membunuh, gampang membunuh, tega membunuh demi sesuatu yang nisbi..? tanya sama si Qabil...!! So, jangan kaget deh bila sekarang ini ada kejadian bapak membunuh anak, anak membunuh Ibu dan sesama saudara saling membunuh. Sebab dalam aliran darah kita masih menyisakan gen sang pembunuh itu, sedikit atau banyak, berpotensi atau tidak, tapi ini fakta sejarah....betapa mengerikan hidup di dunia ini...!

Selengkapnya.....

Oleh: Fia al Kurosawa

Sobat Fai tercinta, nampaknya kita dah mafhum bila di dunia blogger sekarang ini tengah berlangsung ajang kompetisi Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009
beribu blogger telah menanti untuk mendapatkan pundi-pundi dolar eh..rupiah dink, dan aq yakin bukan sekedar rupiah itu yang jadi daya tarik utama lomba ato kempitisi itu. Popularitas dan 'performa' sebagai blogger papan atas Endonesia barangkali lebih menarik perhatian para kompetitor dibanding recehan rupiah yang bakal diterima.
Aq termasuk orang yang ga berani ikut kompetisi ini karena sudah haqul yaqin ga' bakal menang..hi hi..mending mendukung beberapa kontestan aja. Barangkali dengan mendukung salah satu kompetitor aq dapat 'cipratan' rupiah...eh kliru..kecipratan 'ilmu SEO'-nya. Dan orang yang pantes untuk di dukung adalah Kang Rohman. Mengapa Kang Rohman..?? saya kira para newbie di Indonesia banyak yang berhutang jasa pada beliau. Makanya ayooo kita dukung Kang Rohman

dengan membuat postingan spesial buat kemenangan sang Master Blog kita itu...Selamat berjuang !!!
ayooo dukung sobaatt...

Selengkapnya.....

Ini hanya posting percobaan aja..mulanya aq heran napa blog-q koq berat banged loading-nya..? ternyata setelah belajar ke seorang teman :Siapa ya lupa nama 'n link-nya ('ntar tak cari deh...maaf ya...berdosa bila tak menyebut Link-nya ) ohh iya..mas Q_XidiX ( aneh ya...ID beliau...tp beliau pinter banged..) masalahnya adalah kapasitas blog aq dah obesitas..kelebihan berat badan...di atas normal he he...makanya aq mo pasang alat timbang badan ini biar bisa berkaca diri..dan ga nurutin nafsu aja..pasang gambar ini..gambar itu..animated ini animated itu...he he..kalo sobat juga pengin nimbang badan blog-nya coba aja di sini mudah-mudahan bermanfaat...oh iya kata Sang Master 'n Ahli-nya, beban berat yang ideal kudu di bawah 100 kb...btw berapa beban berat bloG Sobat...??


Selengkapnya.....

Oleh : Anonymous
Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang temuannya diperoleh berdasarkan paradigma, strategi dan implementasi model secara kualitatif. Perspektif, strategi dan model yang dikembangkan sangat beragam. Meskipun demikian berbagai bentuk penelitian yang diorientasikan pada metodologi kualitatif memiliki beberapa kesamaan.



A. METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

Dinyatakan demikian karena secara umum dalam penelitian kualitatif :
a) data disikapi sebagai data verbal atau sebagai sesuatu yang dapat ditranposisikan sebagai data verbal,
b) diorientasikan pada pemahaman makna (verstehen) baik itu merujuk pada ciri, hubungan sistem, konsepsi, nilai kaidah dan abstraksi formulasi pemahaman atau salah satunya
c) mengutamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan dunia yang diteliti dan
d) mengutamakan peran peneliti sebagai instrumen kunci.
Menurut Bogdad dan Biklen penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Penelitian kualitatif menggunakan latar alami (natural setting) sebagi sumber data langsung dan peneliti sendiri merupakan instrumen kunci.
b. Penelitian kualitaif bersifat deskriptif
c. dalam penelitian kualitatif proses lebih dipentingkan daripada hasil
d. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara induktif.
e. Makna merupakan hal yang essensial dalam penelitian kualitatif.
Sementara dalam model-modelnya ada enam model pendekatan yang bisa digunakan dalam penelitian kualitatif. Yakni: Etnografi, Studi kasus, grounded Teori, Penelitian Interaktif, Penelitian Ekologikal dan Penelitian masa depan.
Penelitian kualitatif secara etimologis menolak faham “kesatuan ilmu” dan menganggap essensi ilmu sosial berbeda dengan Ilmu alam, maka oleh karena itu metode ilmu fisika tidak dapat ditransfer dalam metode ilmu-ilmu sosial. Disisi lain akibat begitu menonjolnya fenomena tingkah laku manusia yang bersifat unik, maka metode ‘verstehen’ merupakan kunci utama untuk memperoleh pengetahuan dalam ilmu sosial. Demikian pula pada dasarnya perilaku manusia tidak teratur dan tidak berulang (uniform) oleh karena itu tidak dapat diukur atau diramalkan secara mekanik sebagaimana benda mati. Sementara persoalan ‘makna’ menjadi isu sentral pemahaman untuk mengerti gejala sosial dalam artian peneliti harus mengutamakan masalah yang bersifat implisit dari pada yang eksplisit. Sisi lain yang menjadi tipe utama penelitian jenis ini adalah bahwa Interpretasi atas perilaku manusia tidak bersifat kausal dan tidak dapat dijelaskan melalui hukum yang permanen atas generalisasi umum. Maksudnya adalah bahwa perilaku manusia tidak bisa difahami dengan mengikuti suatu teori tertentu untuk menunjuk adanya suatu fenomena tertentu yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Peneliti harus menganggapnya sebagai kenyataan yang mandiri yang harus diungkap dan difahami kenyataan yang melingkupi di sekitar fenomena tersebut. Demikian juga dalam penelitian kualitatif realitas sosial adalah sesuatu yang cair dan mudah berubah melalui interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan manusia yang menentukan struktur dan bukan sebaliknya struktur yang menentukan tindakan manusia. Struktur sosial sekedar meruapan konstruksi sosial dan dapat dinegoisasikan . Struktur sosial bersifat rentan, tidak permanen, dan artifisial.
Sisi lain yang merupakan karakteristik penelitian kualitatif dibandingkan penelitian yang lainnya adalah dari segi misi yang diembannya. Adapun misi penelitian kualitatif adalah : Misi Deskripsi, yang tujuannya dalah mendeskripsikan suatu latar yang sangat kompleks , memfokuskan pada proses-proses interaksi antar manusia dan menelaah secara rinci dan mendalam terhadap kasus-kasus tertentu. Misi pengembangan teori, arah misi ini nampak pada saat peneliti mengumpulkan data dan menggunakan sejumlah waktunya dengan subyek. Misi evaluasi, digunakan untuk mendeskripsikan dokumen dan atau melakukan asesmen terhadap suatu perubahan program suatu jenis kegiatan organisasi. Misi pemecahan masalah, yakni penelitian yang memiliki tujuan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat individual maupun sosial yang berkembang di masyarakat. Misi Assesmen terhadap kebijakan, misi ini lebih sering disebut dengan istilah Penelitian Kebijakan (Policy Research) atau Analisis Kebijakan (Policy Analysis), dalam penelitian jenis ini pilihan kebijakan merupakan suatu rumusan kebijakan yang diusulkan untuk diterapkan pada satuan organisasi atau bisa juga berupa tindakan yang harus dikerjakan sekarang juga.
Mengingat kepeduliannya pada kedalaman makna ketimbang pada keluasan informasi, maka pada penelitian kualitatif dirasa amat cocok digunakan untuk memperoleh pemahaman terdalam atas fenomena sosial yang kompleks atau untuk mencuatkan isu baru serta memperoleh pemahaman baru mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi fenomena sosial yang ada. Melalui penelitian kualitatif yang kritis, akan dapat diperoleh gambaran yang akurat mengenai sikap, pandangan dan perilaku dari orang-orang yang menjadi target penelitian.
Dalam hal prosedur menjalankan penelitian kualitatif ini, ada banyak ragam yang berkembang dalam konteks implementasinya. Oleh karenanya tidak bisa ditentukan secara baku dan limit tentang model dan prosedur yang pasti dalam jenis penelitian ini. Setiap prosedur mengikuti model dan jenis penelitiannya, sehingga seperti penelitian etnografi, studi kasus, penelitian grounded dan penelitian tindakan/Participation Action Research (PAR) prosedur yang dilaluinyapun pasti berbeda-beda.
Oleh karena sifatnya yang khas, maka dalam penelitian kualitatif ini banyak ditemukan berbagai kendala yang menghambat peneliti dalam melakukan tugas penelitiannya. Lincoln dan Guba telah mendiagnosa tiga hal yang seringkali menghantui para peneliti ketika mereka mendesain penelitian kualitatif ini di lapangan. Pertama, pengelolaan konflik antara paradigma dan kepentingan kontrak. Hampir semua inkuiri apakah penelitian, evaluasi ataukah analisis kebijakan dilakukan atas dasar kontrak dengan lembaga , kelompok ataupun individual yang memiliki power untuk mendukung ataupun menolak proyek penelitian. Di satu fihak peneliti harus menjaga integritas atau paradigma penelitiannya. Di sinilah perlu adanya negoisasi kembali antara sponsor dan peneliti. Kedua, Masalah-masalah desain, terdapat sejumlah aspek desain naturalistik yang menghadapi masalah dalam implementasinya, pertama, adanya sampling purposif menyebabkan peneliti mengurangi kebebasan bagi informan, sehingga mungkin menyebabkan perasaan cemas bagi informasi kurangnya otonomi. kedua, karena desain penelitian naturalistik adalah emergent maka pengelolaan waktu merupakan masalah yang besar karena jadwal waktu sering tak terkontrol. Ketiga, kesulitan bagi peneliti untuk menemukan kesimbangan antara usaha mempertahankan fokus penelitian sambil mempertahankan penghentian secara prematur di satu fihak dan perubahan-perubahan yang semestinya tidak boleh terjadi di lain fihak, Adapun yang terakhir adalah pengelolaan masalah lapangan, yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang mungkin muncul berkenaan dengan kondisi eksternal penelitian itu sendiri seperti bagaimana memperoleh ijin penelitian, cara menangani persoalan logistik, cara menjaga atau memelihara alat-alat rekam dan sebagainya dan tidak lupa kondisi psikis penelitian juga amat menentukan dalam keberhasilan penelitiannya
Dalam penelitian kualitatif, data seringkali tidak berupa data fisik atau benda, akan tetapi yang sering adalah data berupa lesan atau sikap dari suatu individu atau kelompok soial masyarakat. Oleh karena sifatnya yang sedemiian khas ini , maka untuk memperoleh data yang dibutuhkan diperlukan tekhnik pengumpulan data yang khusus pula. Harus diingat bahwa peneliti adalah instrumen kunci bagi data yang akan dikumpulkan. Bagi penelitian kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik apakah dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam (in depth interview) dan diobservasi pada latar dimana fenomena tersebut sedang berlangsung. Oleh karena itu teknik wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif merupakan tekhnik yang paling sering digunakan.
Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan, ada beberapa tahap wawancara;
1. menentukan siapa yang diwawancarai
2. mempersiapkan wawancara
3. gerakan awal
4. melakukan wawancara dan memelihara agart wawancara produktif
5. menghentikan wawncara dan memperoleh rangkuman hasil wawancara.
menurut Seidman terdapat tiga rangakian wawancara :1) wawancara yang mengungkap konteks pengalaman partisipan 2) wawancara yang memberikan kesempatan partisipan untuk merekonstruksi pengalamannya dan 3) wawancara yang mendorong partisipan untuk merefleksi makna dari pengalaman yang dimilikinya.
Adapun Observasi tekhnik ini sebenarnya pada awalnya sering digunakan dalam penelitian etnografi, yakni suatu studi tentang latar kultur suatu jenis kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain tujuan utama studi etnografi adalah upaya untuk memahami pengalaman dan cara pandang (Way of Life) masyarakat yang sedang diobservasi. Spradley mengatakan bahwa ada tiga aspek pengalaman manusia yang bisa diobservasi yakni apa yang dikerjakan (Culturl Behavior) apa yang diketahui (Cultural Knowledge) dan benda-benda apa yang dibuat dan dipergunkan (Cultural Artifacts) Setiap observasi berbeda-beda menurut derajat keterlibatan peneliti dalam latar penelitiannya. Menurut Spradley terdapat tiga derajat keterlibatan yaitu tanpa keterlibatan (No Involvement) keterlibatan rendah (Low) dan keterlibatan tinggi (High) Variasi ini tercermin dalam lima tingkat partisipasi, yaitu no partisipasi , partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif adan partisipasi lengkap.
Selain kedua hal tersebut di atas dalam pengumpulan datanya peneliti dapt juga memperguankan tekhnik lainnya. Misalnya menggunakna tekhnik dokumentasi. Tekhnik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari seumber non insani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman,. Lincoln dan Guba mengartikan rekaman sebagai tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya sautu peristiwa atau memenuhi accounting. Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu setiap tulisan atau bukan selain rekaman yaitu tidak dipersiapkan secar akhusus untuk tujuantertentu. Teerdapat bebrapa alasan mengapa tekhnik jenis ini dipergunakan dalam proses pengumpulan data. Pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu. kedua, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau maupun dapat dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan. ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya secra kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya, keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Akhirnya sumber ini tidak seperti responden manusia, adalah nonreaktif.
Keterlibatan peneliti dalam obyek yang diamati tercermin dalam kegiatan peneliti dalam mengamati aktifitas-aktifitas manusia, karakteristik fisik situasi sosial dan bagaimana perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Menurut Spradley peneliti mulai dari observasi deskriptif secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi disana. Kemudian setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulasn datanya dan mulai melakukan observasi terfokus. dan akhirnya setelagh dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi yang berulang-ulang dilapangna, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif. Sekalipun demikian peneliti masih terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data.
Dalam penelitian etnographi, Spradley mengungkapkan bahwa setiap peneliti baik itu mahasiswa ataupun peneliti profesional haruslah memperhatikan beberapa etika yang harus dipatuhi di antaranya adalah:
a. Peneliti harus menjaga dan memelihara hak-hak, kepentingan dan sensitifitas informan. peneliti jangan memkasa untuk mengorek keterangan yang itu merupakan rahasia pribadi informan ketika ia merasa kebebratan untuk mengungkap kenyataan itu.
b. Penelitian harus dikomunikasikan secara obyektif pada informasn. Tujuan dari investigasi atau penelitian seharusnya disampaiakn sebaik mungkin kepada informan, sebab ia memiliki hak untuk mengetahui maksud-maksud yang ditetapkan adanya penelitian ini.
c. Peneliti harus menjaga kerahasiaan informan. sebab informan memiliki hak untuk dijaga kehormatan dan kemulyaannya. Hak ini harus dihormati baik dinyatakan secara jelas ataupun secara diam-diam peneliti telah merancang untuk itu.
d. Peneliti tidak boleh mengeksploitasi hal-hal yang terkait dengan informan untuk suatu kepentingan apapun terlebih untuk kepentingan ekonomis.
e. Terakhir peneliti seyogyanya membuat laporan yang bisa dibacakan atau diserahkan kepada informan tentang hasil penelitiannya untuk mendapatkan kesahihan data, obyektifitas dan penghargaan atas kerjasama selama ini.
Masih menurut Spradley dalam langkah analisis datanya, studi etnografi mengenal adanya empat macam analisis data. yakni analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema budaya. Analisis adalah penelaahan untuk mencari pola (patterns) dalam etnografi yang dimaksud pola disini lebih mengacu pada pola budaya ( cultural pattern) bukan semata-mata situasi sosial suatu domain kultural (cultural domain) adalah kategori makna kukltural yang menyangkut kategori-kategori yang lebih kecil. Terdapat tiga elemen dasar domain, covere term, included term dan semantic relationship. Sebagaiman domain kultural suatu taksonomi adalah himpunan kategori-kategori yang diorganisir berdasarkan suatu semantic relationship . perbedaannya terletak pada rincinya hubungan semantic. Jadi sebenarnya taksonomi merupakan rincian dan domain kultural. Sementara itu analisis komponensial adalah penelahaan sistematik pada atribut-atribut (komponen dari makna) berkaitan dengan kategori-kategori kultural. apabila peneliti menemukan kontras-kontras antara anggota dalam domain, kontras-kontras tersebutdianggap merupakan atribut-atribut atau komponen dari makna. atribut dari semua kategori kultural dalam suatu domain dapat disajikan sebagai diagram yang disebut pardigma. Konsep tema budaya pertama klai diperkenalkan ke ilmu sosial oleh ahli antropologi yang bernama Moris Opler. Opler mendeskripsikan secara umum tentnag budaya Apache. Ia menytakan bahwa kita dapat memahami secar abaik pola umum dari suatu budaya dengan mengidentifikasi tema-tema yang berlangsung. Opler sebagaimana yang dikutip oleh Spradley mengatakan bahwa tema sebagai postulat atau posisi yang dinyatakan atau disiratkan dan biasanya perilaku pengendali atau aktifitas stimulasi, yang diakui secara tersembunyi atau ditampili secara terbuka dalam suatu masyarakat.
Salah satu di antara tekhnik penelitian yang paling penting dalam ilmu- ilmu sosial adalah analisis isi. Ia berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik akan tetapi sebagai gejala simbolik dan mendekati analisisnya dengan rendah hati. Analisis isi mempunyai pendekatan sendiri dalam menganalisis data. Secara umum pendekatan ini berasal dari cara memandang obyek analisisnya. Analisis isi adalah suatu tekhnik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai suatu tekhnik penelitian analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah. Sebagaimana semua teknik penelitian ia bertujuan untuk memberikan pengetahuan , membuka wawasan baru, menyajikan fakta dan panduan praktis pelaksanaanya. Dengan demikian ia adalah alat.
Menilik sejarahnya embrio analisis isi bisa dirujuk pada sekitar tahun 1893 ketika beberapa surat kabar Amerika serikat mulai mendapatkan beberapa pertanyaan menggelitik dan perubahan pangsa pasar pembacanya yang mulai bergeser dari berita-berita politik keagamaan, seni dan lain-lain berubah pada berita-berita gosip, skandal dan olahraga. Nampaknya para jurnalis mulai mengamati beberapa kolom surat kabar dengan kualitas-kualitas tertentu yang ternyata menunjukkan hasil bahwa ada pergeseran minat baca orang antara koran yang menyajikan “kebenaran fakta” dengan keinginan-keinginan pembacanya akan berita-berita “demoralisasi” ”sikap tak sehat” dan hal-hal spele lainnya. Fenomena Inilah kemudian yang menarik beberapa peneliti untuk mencermati sekaligus mengembangkan adanya suatu tekhnik baru dalam memahami dan menjelaskan suatu fenomena sosial yang sama sekali tidak bisa dikuantifikasikan dalam bentuk perhitungan angka-angka statistik. Kemudian pada fase berikutnya analisis ini mulai lebih berkembang setidak-tidaknya disebabkan oleh bebrapa faktor berikut ini : perta, media komunikasi elektronik yang baru dan yang lebih unggul tidak dapat lagi diperlakukan sebagai perluasan dari surat kabar, kedua, periode yang mengikuti krisis ekonomi menimbulkan banyak masalah sosial dan politik yang menurut anggapan sementara kritikuks adalah akibat berita-berita yang disampaikan oleh mediamasaa elektronik, ketiga, kemunculan metode penelitian empiris dalam ilmu-ilmu sosial.
Tahap berikutnya analisis isi mulai merambah tidak hanya kehidupan sosial masyarakat akan tetapi mulai masuk dalm ilmu-ilmu psikologi. Dalam psikologi analisis isi menemukan tiga ranah aplikasi penting. Pertama, analisis isi terhadap rekaman verbal guna menemukan hal-hal yang bersifat motivasional, psikologis atau karakteristik-karakteristik kepribadian . Kedua, pemanfaatan data kualitatif yang dikumpulkan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan terbuka respon verbal terhadap test dan konstruksi cerita dalam Test Bakat Tematis (Thematic Aptitude Test), ketiga, menyangkut proses-proses komunikasi dimana isi merupakan bagian integralnya.
Pada perkembangannya yang terakhir analisis isi mulai menemukan bentuk baru yakni dengan dikembangkannya suatu tekhnologi modern penggunaan komputer dalam aspek media surat kabar atau elektronik. Secara keseluruhan media menampakkan adanya peningkatan minat yang mencolok kepada translasi mekanik abstraksimekanik dan sistem pemanggilan kembali (retrieval) informasi. Bahasa komputer yang sangat cocok dengan pemrosesan data literal yang dikembangkan berbagai jurnal yang memusatkan perhatiannya kepada aplikas-aplikasi komputer dalam psikologi , ilmu-ilmu humanitas dan ilmu soisal bermunculan. Dokumen-dokumen tertulis yang seringkali bervolume besar harus dianalisis dan pengulangan tugas ini secara tak terrelakkan membutuhkan aplikasi komputer dalam analisis isi.
Analisis isi menempati kedudukan yang paling penting diantara berbagai metodologi penelitian. Ia mampu, pertama, menerima komunikasi simbolik yang relatif tidak terstruktur sebagai data dan kedua, menganalisi gejala yang tak teramati (Unobserved) melalui medium data yang berkaitan dengan gejala tersebut, tanpa menghiraukan bahas ayang digunakan. Karena sebagian besar proses sosial ditransaksikan melalui simbol-simbol maka analisis isi yang paling banyak diterapkan di dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humanitas.
Ada beberapa bentuk klasifikasi tekhnik analilsi isi ini di antaranya menurut Jenis adalah sebagai berikut:
a. Analisis isi pragmatis, prosedur yangmengklasifikasikan tanda menurut sebab atau akibatnya yang mungkin. (Misalnya penghitungan berapa kali suatu kata diucapkan yang dapat mengakibatkan munculnya sikap suka terhadap suatu fenomena tertentu)
b. Analasis isi semantik , prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut maknanya (misalnya penghitungan berapa kali negara jerman dijadikan referensi, tidak jadi masalah kata apa yang dijadikan untuk menunjukkan referensi ini. Untuk analisis isi semantik terdapat tiga varian yakni;
1.Analisis penunjukkan (designation) menggambarkan frekuensi seberapa sering obyek tertentu (orang, benda, kelompok atau konsep) dirujuk, Analisis isi ini secara kasar disebut analisis pokok bahasan (subject-matter) misalnya referensi kepada kebijakan luar negeri Jerman.
2. Analisis pensifatan (attributions) menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi tertentu dirujuk (misalnya, referensi kepada ketidakkejujuran)
3. Analisis pernyataan (assertions) menggambarkan frekuensi seberapa sering obyek tertentu dikarakterisasikan secara khusus. Analisis ini secara kasar disebut analisis tematik. (misalnya, referensi kepada kebijakan luar negeri Jerman sebagai kebijakan yang tidak jujur)
c. Analisis sarana tanda (sign-vehicle) prosedur yang mengklasifikasikan isi menurut sifat psiko-fisik dari tanda (misalnya menghitung berapa kali kata “negara jerman” muncul)
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa dalam metode analisis isi ada beberapa tekhnik yang dapat dilakukan seseorang dalam kegiatan penelitiannya. Dalam artian setelah inferensi ditarik atau disimpulkan yakni setelah diketahui apa apa yang dimaksudkan oleh data atau apa yang diindikasikannya, seorang analis perlu :
-meringkas data agar apa yang direpresentasikannya dapat difahami, dinterpretasikan secara lebih baik atau dihubungkan dengan keperluan pemakai keputusan.
-menemukan berbagi pola dan keterkaitan dalam data yang sulit diamati dengan mata telanjang untuk menguji hipotesa rasional.
-menghubungkan data yang diperoleh dari analisis isi dengan data yang diperoleh dari metode-metode lain atau dari situasi lain untuk menguji kesahihan metode yang digunakan atau melengkapi informasi yang hilang.
Di antara tekhnik-tekhnik yang sering digunakan dalam kegiatan analisis isi antara lain tekhnik frekuensi, yakni sebuah bentuk representasi data yang paling umum, yang pada pokoknya membantu meringkaskan fungsi analisis berkaitan dengan frekuensi:frekuensi absolut, seperti jumlah kejadian yang ditemukan dalam sampel, atau frekuensi realtif, seperti persentase ukuran (size) sampel. Volume ukuran seperti jumlah inci kolom, waktu ruang atau indeks lain yang didsarkan atas frekuensi mempunyai status yang sama dalam anallisis isi dan tidak perlu dibedakan.
Bentuk lain dari teknik analisis isi adalah asosiasi, korelasi dan tabulasi silang ketiganya melihat hubungan antar berbagai variabel yang ada. Hubungan yang ada bisa mengambil bentuk dalam 2 kategori, pertama, didalam hasil analisis isi dan yang kedua adalah diantara hasil-hasil analisis isi dan data yang diperoleh secara independen. Beberapa tekhnik analisis isi menggunakan bentuk kesan, potret dan diskriminan sebagai alat analisisnya. Yakni suatu kegiatan analisis yang memusatkan diri kepad asebuah entitas, orang, ide, atau peristiwa khusus dan berusaha menyelidiki bagaimana hal itu digambarkan atau dikonseptualisasikan dan apa kesan simboliknya. Terdapat juga analisis kontingensi yang bertujuan untuk menginferensikan jaringan asosiasi sumber berdasarkan pola kookurensi berbagai simbol dalam pesan. Ia beranggapan bahwa simbol-simbol konsep-konsep atau ide-ide yang secara dekat diassosiasikan secara konseptual juga akan secara dekat dihubungkan secara statistik. Analisis kontingensi dimulai dengan sekelompok unit pencatatan yang masing-masing dikarakterisasikan dengan sekumpulan atribut yang ada atau tidak ada. Pemilihan unit-unit pencatatan penting asalkan sebuah unit harus cukup kaya secara informasional untuk memuat berbagai kookurensi.
Sementara dalam desain penelitiannya , analisis isi menggunakan rangkaian kegiatan berikut ini diantaranya ; pembentukan data, reduksi data, penarikan inferensi dan penganalisaan yang membantu analisis isi melakukan validasi langsung, pengujian kesesuaian hasilnya dengan metode lain. Desain dalam ranah epistemologi penelitian merupakan kerangka kerja prosedural dan langkah-langkah analitis dalam memproses informasi ilmiah. Dalam analisis isi, desain penelitian secara keseluruhan harus cocok dengan konteks data dan ada kecenderungan bersifat berangkai (sequently)Satu langkah diikuti dengna langkah lain dan keputusan-keputusan tentang satu prosedur tidak dibuat (dipertimbangkan) tergantung kepada hasil dari sebuah prosedur berikutnya.
Terdapat tiga tipe desain penelitian analisis isi, diantaranya adalah pertama, Desain untuk mengestimasikanbeberapa gejala dalam konteks data adalah sangat mendasar, desain tersebut sesuai dengan definisi analisis isi dan digunakan ketika analisis isi dipakai sebagai metode tunggal. Kedua, deain untuk menguji substitutabilitas sebuah metode analisis isi. Disini dua atau lebih metode diterapkan terhadap data yang sama tau data yang berbeda yang diperoleh dari situasi yang sama dengan tujuan menguji apakah kedua metode tersebut membawa hasil yang dapat diperbandingkan dan apabila lebih dari dua metode yang dipergunakan metode mana yang lebih baik.Ketiga, Desain untuk menguji hipotesa, yaitu sebuah desain penelitian yang digunakan untuk membandingkan hasil sebuah analisis isi dengan data yang diperoleh secara independen dan gejala yang tidak diinferensikan dengan menggunakan analisis isi. Sangat sering analisis isi hanya satu bagian dari usaha penelitian yang lebih luas, mungkin ada beberapa jenis data yang tersedia dan hanya sebagian yang tidak terstruktur atau menyangkut komunikasi simbolik yang harus dianalisis dengan analisis isi. Desain penelitian ini memberikan wawasan mengenai keterkaitan yang mungkin ada antara gejala yang mejadi perhatian analisis isi dari kondisi yang mengitarinya.
Terakhir sekali sebagai kesimpulan dari kajian metode penelitian kualitatif dan kuantitatif adalah bahwa ada perbedaan yang mencolok antara kedua metode itu diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tujuan utama dalam penelitian survey adalah menjelaskan gejala sosial , menguji teori membentuk fakta dan menunjukkan hubungan antar variabel. Sementara dalam penelitian kualitatif tujuan utamanya adalah memahami (verstehen) terhadap fenomena sosial dan mengembangkan konsep dengan grounded.
b. Proses yang digunakan bersift deduksi yaitu memverifikasi teori dengan mengembangkan hipotesa. Semenatra dalam penelitian kualitatif proses yang digunakan lebih bersifat induksi sehingga tidak ada teori yang dibuktikan atau tidak menguji hipotesa.
c. Dalam proses deduksi merupakan proses a priori tanpa empiri. Sementara dalam penelitian kualitatif proses induksi merupakan hipotesa proses a posteriori dan empirik
d. Fungsi teori dalam penelitian survei ada prinsip keterwakilan (representativeness) atau probabilitas dalam generalisasi hasil temuan, karena itu sampel sangat penting. Sementara dalam penelitian kualitatif tidak ada prinsip keterwakilan atau probabilitas sehingga masalah jumlah sampel tidak dipersoalkan.
e. Dalam penelitian survey yang menjadi instrumen utama adalah kuisioner, sementara dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen paling utama
f. Tekhnik atau metode yang digunakan biasanya eksperimen , survey, wawancara berstruktur dan pengamatan berstruktur. Sementara tekhnik atau metoid eyang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah pengamatan terlibat, wawancara tak berstruktur (terbuka dan mendalam) life histori, dokumen dan sebagainya.
Akhir dari sebuah penelitian adalah pelaporan dalm bentuk tertulis. Kegiatan pelaporan/penulisan laporan penelitian ditentukan menurut jenis penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Pada penelitian kualitatif, Bogdan dan Biklen mengatakan bahwa sebaiknya laporan penelitian harus memiliki fokus yang jelas. Laporan yang baik memiliki struktur koheren dan bentuk yang dapat memenuhi maksud yang tercermin dalam fokus. Sehubungan dengan itu Moleong menambahkan bahwa menyusun laporan sebaiknya terdiri atas: a) Latar belakang masalah dan tujuan b) penelaahan kepustakaan c) metodologi d) penyajian data e) tekhnik pemeriksaan kesahihan data f) kesimpulan dan rekomendasi.
Menurut Lincoln dan Guba terdapat tiga tugas pengorganisasian dalam penelitian kualitatif, yaitu;
a) penyusunan indeks materi-materi data sehingga dapat diangkat kembali secara tepat apabila diperluakan . Tugas-tugas ini sebagian besar diselesaikan melalui pemrosesan data, kategori-kategori yang mencakup semua rekaman yang relevan, memberikan kerangka seluruhnya untuk mengakses data yang teredia dan memberikan sarana yang mudah untuk mengakses data asli yang ditulis dalam kartu rekaman.
b) Pembuatan kerangka (Outlines) laporan sementara. Kerangka ini dipesiapkan dalam framework konsep yang sangat pemula yang disusun agak bersifat intuitif oleh peneliti. Kerangka ini dibuat dengan menyadari sepenuhnya bahwa akan terjadi revisi secara dramatik dalam proses penulisannya. Namun kerangka ini perlu dibuat untuk menjaga agar semua informasi yang ada dapat terwadahi dalam laporan ini
c) Mengadakan rujuk silang (cross-reference) pada bahan-bahan yang diberikan indeks ke kerangka sementara. Tugas ini memamakan banyak energi dan membosankan, akan tetapi harus dilaksankan karena peneliti sangat tergantung dari pekerjaan perujukan silang ini untuk menemukan bahan-bahan yang ditulis.


RESUME METODOLOGI PENELITIAN

A. METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang temuannya diperoleh berdasarkan paradigma, strategi dan implementasi model secara kualitatif. Perspektif, strategi dan model yang dikembangkan sangat beragam. Meskipun demikian berbagai bentuk penelitian yang diorientasikan pada metodologi kualitatif memiliki beberapa kesamaan. Dinyatakan demikian karena secara umum dalam penelitian kualitatif :
a) data disikapi sebagai data verbal atau sebagai sesuatu yang dapat ditranposisikan sebagai data verbal,
b) diorientasikan pada pemahaman makna (verstehen) baik itu merujuk pada ciri, hubungan sistem, konsepsi, nilai kaidah dan abstraksi formulasi pemahaman atau salah satunya
c) mengutamakan hubungan secara langsung antara peneliti dengan dunia yang diteliti dan
d) mengutamakan peran peneliti sebagai instrumen kunci.
Menurut Bogdad dan Biklen penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Penelitian kualitatif menggunakan latar alami (natural setting) sebagi sumber data langsung dan peneliti sendiri merupakan instrumen kunci.
b. Penelitian kualitaif bersifat deskriptif
c. dalam penelitian kualitatif proses lebih dipentingkan daripada hasil
d. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara induktif.
e. Makna merupakan hal yang essensial dalam penelitian kualitatif.
Sementara dalam model-modelnya ada enam model pendekatan yang bisa digunakan dalam penelitian kualitatif. Yakni: Etnografi, Studi kasus, grounded Teori, Penelitian Interaktif, Penelitian Ekologikal dan Penelitian masa depan.
Penelitian kualitatif secara etimologis menolak faham “kesatuan ilmu” dan menganggap essensi ilmu sosial berbeda dengan Ilmu alam, maka oleh karena itu metode ilmu fisika tidak dapat ditransfer dalam metode ilmu-ilmu sosial. Disisi lain akibat begitu menonjolnya fenomena tingkah laku manusia yang bersifat unik, maka metode ‘verstehen’ merupakan kunci utama untuk memperoleh pengetahuan dalam ilmu sosial. Demikian pula pada dasarnya perilaku manusia tidak teratur dan tidak berulang (uniform) oleh karena itu tidak dapat diukur atau diramalkan secara mekanik sebagaimana benda mati. Sementara persoalan ‘makna’ menjadi isu sentral pemahaman untuk mengerti gejala sosial dalam artian peneliti harus mengutamakan masalah yang bersifat implisit dari pada yang eksplisit. Sisi lain yang menjadi tipe utama penelitian jenis ini adalah bahwa Interpretasi atas perilaku manusia tidak bersifat kausal dan tidak dapat dijelaskan melalui hukum yang permanen atas generalisasi umum. Maksudnya adalah bahwa perilaku manusia tidak bisa difahami dengan mengikuti suatu teori tertentu untuk menunjuk adanya suatu fenomena tertentu yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Peneliti harus menganggapnya sebagai kenyataan yang mandiri yang harus diungkap dan difahami kenyataan yang melingkupi di sekitar fenomena tersebut. Demikian juga dalam penelitian kualitatif realitas sosial adalah sesuatu yang cair dan mudah berubah melalui interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan manusia yang menentukan struktur dan bukan sebaliknya struktur yang menentukan tindakan manusia. Struktur sosial sekedar meruapan konstruksi sosial dan dapat dinegoisasikan . Struktur sosial bersifat rentan, tidak permanen, dan artifisial.
Sisi lain yang merupakan karakteristik penelitian kualitatif dibandingkan penelitian yang lainnya adalah dari segi misi yang diembannya. Adapun misi penelitian kualitatif adalah : Misi Deskripsi, yang tujuannya dalah mendeskripsikan suatu latar yang sangat kompleks , memfokuskan pada proses-proses interaksi antar manusia dan menelaah secara rinci dan mendalam terhadap kasus-kasus tertentu. Misi pengembangan teori, arah misi ini nampak pada saat peneliti mengumpulkan data dan menggunakan sejumlah waktunya dengan subyek. Misi evaluasi, digunakan untuk mendeskripsikan dokumen dan atau melakukan asesmen terhadap suatu perubahan program suatu jenis kegiatan organisasi. Misi pemecahan masalah, yakni penelitian yang memiliki tujuan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat individual maupun sosial yang berkembang di masyarakat. Misi Assesmen terhadap kebijakan, misi ini lebih sering disebut dengan istilah Penelitian Kebijakan (Policy Research) atau Analisis Kebijakan (Policy Analysis), dalam penelitian jenis ini pilihan kebijakan merupakan suatu rumusan kebijakan yang diusulkan untuk diterapkan pada satuan organisasi atau bisa juga berupa tindakan yang harus dikerjakan sekarang juga.
Mengingat kepeduliannya pada kedalaman makna ketimbang pada keluasan informasi, maka pada penelitian kualitatif dirasa amat cocok digunakan untuk memperoleh pemahaman terdalam atas fenomena sosial yang kompleks atau untuk mencuatkan isu baru serta memperoleh pemahaman baru mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi fenomena sosial yang ada. Melalui penelitian kualitatif yang kritis, akan dapat diperoleh gambaran yang akurat mengenai sikap, pandangan dan perilaku dari orang-orang yang menjadi target penelitian.
Dalam hal prosedur menjalankan penelitian kualitatif ini, ada banyak ragam yang berkembang dalam konteks implementasinya. Oleh karenanya tidak bisa ditentukan secara baku dan limit tentang model dan prosedur yang pasti dalam jenis penelitian ini. Setiap prosedur mengikuti model dan jenis penelitiannya, sehingga seperti penelitian etnografi, studi kasus, penelitian grounded dan penelitian tindakan/Participation Action Research (PAR) prosedur yang dilaluinyapun pasti berbeda-beda.
Oleh karena sifatnya yang khas, maka dalam penelitian kualitatif ini banyak ditemukan berbagai kendala yang menghambat peneliti dalam melakukan tugas penelitiannya. Lincoln dan Guba telah mendiagnosa tiga hal yang seringkali menghantui para peneliti ketika mereka mendesain penelitian kualitatif ini di lapangan. Pertama, pengelolaan konflik antara paradigma dan kepentingan kontrak. Hampir semua inkuiri apakah penelitian, evaluasi ataukah analisis kebijakan dilakukan atas dasar kontrak dengan lembaga , kelompok ataupun individual yang memiliki power untuk mendukung ataupun menolak proyek penelitian. Di satu fihak peneliti harus menjaga integritas atau paradigma penelitiannya. Di sinilah perlu adanya negoisasi kembali antara sponsor dan peneliti. Kedua, Masalah-masalah desain, terdapat sejumlah aspek desain naturalistik yang menghadapi masalah dalam implementasinya, pertama, adanya sampling purposif menyebabkan peneliti mengurangi kebebasan bagi informan, sehingga mungkin menyebabkan perasaan cemas bagi informasi kurangnya otonomi. kedua, karena desain penelitian naturalistik adalah emergent maka pengelolaan waktu merupakan masalah yang besar karena jadwal waktu sering tak terkontrol. Ketiga, kesulitan bagi peneliti untuk menemukan kesimbangan antara usaha mempertahankan fokus penelitian sambil mempertahankan penghentian secara prematur di satu fihak dan perubahan-perubahan yang semestinya tidak boleh terjadi di lain fihak, Adapun yang terakhir adalah pengelolaan masalah lapangan, yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang mungkin muncul berkenaan dengan kondisi eksternal penelitian itu sendiri seperti bagaimana memperoleh ijin penelitian, cara menangani persoalan logistik, cara menjaga atau memelihara alat-alat rekam dan sebagainya dan tidak lupa kondisi psikis penelitian juga amat menentukan dalam keberhasilan penelitiannya
Dalam penelitian kualitatif, data seringkali tidak berupa data fisik atau benda, akan tetapi yang sering adalah data berupa lesan atau sikap dari suatu individu atau kelompok soial masyarakat. Oleh karena sifatnya yang sedemiian khas ini , maka untuk memperoleh data yang dibutuhkan diperlukan tekhnik pengumpulan data yang khusus pula. Harus diingat bahwa peneliti adalah instrumen kunci bagi data yang akan dikumpulkan. Bagi penelitian kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik apakah dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam (in depth interview) dan diobservasi pada latar dimana fenomena tersebut sedang berlangsung. Oleh karena itu teknik wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif merupakan tekhnik yang paling sering digunakan.
Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan, ada beberapa tahap wawancara;
1. menentukan siapa yang diwawancarai
2. mempersiapkan wawancara
3. gerakan awal
4. melakukan wawancara dan memelihara agart wawancara produktif
5. menghentikan wawncara dan memperoleh rangkuman hasil wawancara.
menurut Seidman terdapat tiga rangakian wawancara :1) wawancara yang mengungkap konteks pengalaman partisipan 2) wawancara yang memberikan kesempatan partisipan untuk merekonstruksi pengalamannya dan 3) wawancara yang mendorong partisipan untuk merefleksi makna dari pengalaman yang dimilikinya.
Adapun Observasi tekhnik ini sebenarnya pada awalnya sering digunakan dalam penelitian etnografi, yakni suatu studi tentang latar kultur suatu jenis kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain tujuan utama studi etnografi adalah upaya untuk memahami pengalaman dan cara pandang (Way of Life) masyarakat yang sedang diobservasi. Spradley mengatakan bahwa ada tiga aspek pengalaman manusia yang bisa diobservasi yakni apa yang dikerjakan (Culturl Behavior) apa yang diketahui (Cultural Knowledge) dan benda-benda apa yang dibuat dan dipergunkan (Cultural Artifacts) Setiap observasi berbeda-beda menurut derajat keterlibatan peneliti dalam latar penelitiannya. Menurut Spradley terdapat tiga derajat keterlibatan yaitu tanpa keterlibatan (No Involvement) keterlibatan rendah (Low) dan keterlibatan tinggi (High) Variasi ini tercermin dalam lima tingkat partisipasi, yaitu no partisipasi , partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif adan partisipasi lengkap.
Selain kedua hal tersebut di atas dalam pengumpulan datanya peneliti dapt juga memperguankan tekhnik lainnya. Misalnya menggunakna tekhnik dokumentasi. Tekhnik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari seumber non insani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman,. Lincoln dan Guba mengartikan rekaman sebagai tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya sautu peristiwa atau memenuhi accounting. Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu setiap tulisan atau bukan selain rekaman yaitu tidak dipersiapkan secar akhusus untuk tujuantertentu. Teerdapat bebrapa alasan mengapa tekhnik jenis ini dipergunakan dalam proses pengumpulan data. Pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu. kedua, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau maupun dapat dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan. ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya secra kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya, keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Akhirnya sumber ini tidak seperti responden manusia, adalah nonreaktif.
Keterlibatan peneliti dalam obyek yang diamati tercermin dalam kegiatan peneliti dalam mengamati aktifitas-aktifitas manusia, karakteristik fisik situasi sosial dan bagaimana perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Menurut Spradley peneliti mulai dari observasi deskriptif secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi disana. Kemudian setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulasn datanya dan mulai melakukan observasi terfokus. dan akhirnya setelagh dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi yang berulang-ulang dilapangna, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif. Sekalipun demikian peneliti masih terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data.
Dalam penelitian etnographi, Spradley mengungkapkan bahwa setiap peneliti baik itu mahasiswa ataupun peneliti profesional haruslah memperhatikan beberapa etika yang harus dipatuhi di antaranya adalah:
a. Peneliti harus menjaga dan memelihara hak-hak, kepentingan dan sensitifitas informan. peneliti jangan memkasa untuk mengorek keterangan yang itu merupakan rahasia pribadi informan ketika ia merasa kebebratan untuk mengungkap kenyataan itu.
b. Penelitian harus dikomunikasikan secara obyektif pada informasn. Tujuan dari investigasi atau penelitian seharusnya disampaiakn sebaik mungkin kepada informan, sebab ia memiliki hak untuk mengetahui maksud-maksud yang ditetapkan adanya penelitian ini.
c. Peneliti harus menjaga kerahasiaan informan. sebab informan memiliki hak untuk dijaga kehormatan dan kemulyaannya. Hak ini harus dihormati baik dinyatakan secara jelas ataupun secara diam-diam peneliti telah merancang untuk itu.
d. Peneliti tidak boleh mengeksploitasi hal-hal yang terkait dengan informan untuk suatu kepentingan apapun terlebih untuk kepentingan ekonomis.
e. Terakhir peneliti seyogyanya membuat laporan yang bisa dibacakan atau diserahkan kepada informan tentang hasil penelitiannya untuk mendapatkan kesahihan data, obyektifitas dan penghargaan atas kerjasama selama ini.
Masih menurut Spradley dalam langkah analisis datanya, studi etnografi mengenal adanya empat macam analisis data. yakni analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema budaya. Analisis adalah penelaahan untuk mencari pola (patterns) dalam etnografi yang dimaksud pola disini lebih mengacu pada pola budaya ( cultural pattern) bukan semata-mata situasi sosial suatu domain kultural (cultural domain) adalah kategori makna kukltural yang menyangkut kategori-kategori yang lebih kecil. Terdapat tiga elemen dasar domain, covere term, included term dan semantic relationship. Sebagaiman domain kultural suatu taksonomi adalah himpunan kategori-kategori yang diorganisir berdasarkan suatu semantic relationship . perbedaannya terletak pada rincinya hubungan semantic. Jadi sebenarnya taksonomi merupakan rincian dan domain kultural. Sementara itu analisis komponensial adalah penelahaan sistematik pada atribut-atribut (komponen dari makna) berkaitan dengan kategori-kategori kultural. apabila peneliti menemukan kontras-kontras antara anggota dalam domain, kontras-kontras tersebutdianggap merupakan atribut-atribut atau komponen dari makna. atribut dari semua kategori kultural dalam suatu domain dapat disajikan sebagai diagram yang disebut pardigma. Konsep tema budaya pertama klai diperkenalkan ke ilmu sosial oleh ahli antropologi yang bernama Moris Opler. Opler mendeskripsikan secara umum tentnag budaya Apache. Ia menytakan bahwa kita dapat memahami secar abaik pola umum dari suatu budaya dengan mengidentifikasi tema-tema yang berlangsung. Opler sebagaimana yang dikutip oleh Spradley mengatakan bahwa tema sebagai postulat atau posisi yang dinyatakan atau disiratkan dan biasanya perilaku pengendali atau aktifitas stimulasi, yang diakui secara tersembunyi atau ditampili secara terbuka dalam suatu masyarakat.
Salah satu di antara tekhnik penelitian yang paling penting dalam ilmu- ilmu sosial adalah analisis isi. Ia berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik akan tetapi sebagai gejala simbolik dan mendekati analisisnya dengan rendah hati. Analisis isi mempunyai pendekatan sendiri dalam menganalisis data. Secara umum pendekatan ini berasal dari cara memandang obyek analisisnya. Analisis isi adalah suatu tekhnik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai suatu tekhnik penelitian analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah. Sebagaimana semua teknik penelitian ia bertujuan untuk memberikan pengetahuan , membuka wawasan baru, menyajikan fakta dan panduan praktis pelaksanaanya. Dengan demikian ia adalah alat.
Menilik sejarahnya embrio analisis isi bisa dirujuk pada sekitar tahun 1893 ketika beberapa surat kabar Amerika serikat mulai mendapatkan beberapa pertanyaan menggelitik dan perubahan pangsa pasar pembacanya yang mulai bergeser dari berita-berita politik keagamaan, seni dan lain-lain berubah pada berita-berita gosip, skandal dan olahraga. Nampaknya para jurnalis mulai mengamati beberapa kolom surat kabar dengan kualitas-kualitas tertentu yang ternyata menunjukkan hasil bahwa ada pergeseran minat baca orang antara koran yang menyajikan “kebenaran fakta” dengan keinginan-keinginan pembacanya akan berita-berita “demoralisasi” ”sikap tak sehat” dan hal-hal spele lainnya. Fenomena Inilah kemudian yang menarik beberapa peneliti untuk mencermati sekaligus mengembangkan adanya suatu tekhnik baru dalam memahami dan menjelaskan suatu fenomena sosial yang sama sekali tidak bisa dikuantifikasikan dalam bentuk perhitungan angka-angka statistik. Kemudian pada fase berikutnya analisis ini mulai lebih berkembang setidak-tidaknya disebabkan oleh bebrapa faktor berikut ini : perta, media komunikasi elektronik yang baru dan yang lebih unggul tidak dapat lagi diperlakukan sebagai perluasan dari surat kabar, kedua, periode yang mengikuti krisis ekonomi menimbulkan banyak masalah sosial dan politik yang menurut anggapan sementara kritikuks adalah akibat berita-berita yang disampaikan oleh mediamasaa elektronik, ketiga, kemunculan metode penelitian empiris dalam ilmu-ilmu sosial.
Tahap berikutnya analisis isi mulai merambah tidak hanya kehidupan sosial masyarakat akan tetapi mulai masuk dalm ilmu-ilmu psikologi. Dalam psikologi analisis isi menemukan tiga ranah aplikasi penting. Pertama, analisis isi terhadap rekaman verbal guna menemukan hal-hal yang bersifat motivasional, psikologis atau karakteristik-karakteristik kepribadian . Kedua, pemanfaatan data kualitatif yang dikumpulkan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan terbuka respon verbal terhadap test dan konstruksi cerita dalam Test Bakat Tematis (Thematic Aptitude Test), ketiga, menyangkut proses-proses komunikasi dimana isi merupakan bagian integralnya.
Pada perkembangannya yang terakhir analisis isi mulai menemukan bentuk baru yakni dengan dikembangkannya suatu tekhnologi modern penggunaan komputer dalam aspek media surat kabar atau elektronik. Secara keseluruhan media menampakkan adanya peningkatan minat yang mencolok kepada translasi mekanik abstraksimekanik dan sistem pemanggilan kembali (retrieval) informasi. Bahasa komputer yang sangat cocok dengan pemrosesan data literal yang dikembangkan berbagai jurnal yang memusatkan perhatiannya kepada aplikas-aplikasi komputer dalam psikologi , ilmu-ilmu humanitas dan ilmu soisal bermunculan. Dokumen-dokumen tertulis yang seringkali bervolume besar harus dianalisis dan pengulangan tugas ini secara tak terrelakkan membutuhkan aplikasi komputer dalam analisis isi.
Analisis isi menempati kedudukan yang paling penting diantara berbagai metodologi penelitian. Ia mampu, pertama, menerima komunikasi simbolik yang relatif tidak terstruktur sebagai data dan kedua, menganalisi gejala yang tak teramati (Unobserved) melalui medium data yang berkaitan dengan gejala tersebut, tanpa menghiraukan bahas ayang digunakan. Karena sebagian besar proses sosial ditransaksikan melalui simbol-simbol maka analisis isi yang paling banyak diterapkan di dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humanitas.
Ada beberapa bentuk klasifikasi tekhnik analilsi isi ini di antaranya menurut Jenis adalah sebagai berikut:
a. Analisis isi pragmatis, prosedur yangmengklasifikasikan tanda menurut sebab atau akibatnya yang mungkin. (Misalnya penghitungan berapa kali suatu kata diucapkan yang dapat mengakibatkan munculnya sikap suka terhadap suatu fenomena tertentu)
b. Analasis isi semantik , prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut maknanya (misalnya penghitungan berapa kali negara jerman dijadikan referensi, tidak jadi masalah kata apa yang dijadikan untuk menunjukkan referensi ini. Untuk analisis isi semantik terdapat tiga varian yakni;
1.Analisis penunjukkan (designation) menggambarkan frekuensi seberapa sering obyek tertentu (orang, benda, kelompok atau konsep) dirujuk, Analisis isi ini secara kasar disebut analisis pokok bahasan (subject-matter) misalnya referensi kepada kebijakan luar negeri Jerman.
2. Analisis pensifatan (attributions) menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi tertentu dirujuk (misalnya, referensi kepada ketidakkejujuran)
3. Analisis pernyataan (assertions) menggambarkan frekuensi seberapa sering obyek tertentu dikarakterisasikan secara khusus. Analisis ini secara kasar disebut analisis tematik. (misalnya, referensi kepada kebijakan luar negeri Jerman sebagai kebijakan yang tidak jujur)
c. Analisis sarana tanda (sign-vehicle) prosedur yang mengklasifikasikan isi menurut sifat psiko-fisik dari tanda (misalnya menghitung berapa kali kata “negara jerman” muncul)
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa dalam metode analisis isi ada beberapa tekhnik yang dapat dilakukan seseorang dalam kegiatan penelitiannya. Dalam artian setelah inferensi ditarik atau disimpulkan yakni setelah diketahui apa apa yang dimaksudkan oleh data atau apa yang diindikasikannya, seorang analis perlu :
-meringkas data agar apa yang direpresentasikannya dapat difahami, dinterpretasikan secara lebih baik atau dihubungkan dengan keperluan pemakai keputusan.
-menemukan berbagi pola dan keterkaitan dalam data yang sulit diamati dengan mata telanjang untuk menguji hipotesa rasional.
-menghubungkan data yang diperoleh dari analisis isi dengan data yang diperoleh dari metode-metode lain atau dari situasi lain untuk menguji kesahihan metode yang digunakan atau melengkapi informasi yang hilang.
Di antara tekhnik-tekhnik yang sering digunakan dalam kegiatan analisis isi antara lain tekhnik frekuensi, yakni sebuah bentuk representasi data yang paling umum, yang pada pokoknya membantu meringkaskan fungsi analisis berkaitan dengan frekuensi:frekuensi absolut, seperti jumlah kejadian yang ditemukan dalam sampel, atau frekuensi realtif, seperti persentase ukuran (size) sampel. Volume ukuran seperti jumlah inci kolom, waktu ruang atau indeks lain yang didsarkan atas frekuensi mempunyai status yang sama dalam anallisis isi dan tidak perlu dibedakan.
Bentuk lain dari teknik analisis isi adalah asosiasi, korelasi dan tabulasi silang ketiganya melihat hubungan antar berbagai variabel yang ada. Hubungan yang ada bisa mengambil bentuk dalam 2 kategori, pertama, didalam hasil analisis isi dan yang kedua adalah diantara hasil-hasil analisis isi dan data yang diperoleh secara independen. Beberapa tekhnik analisis isi menggunakan bentuk kesan, potret dan diskriminan sebagai alat analisisnya. Yakni suatu kegiatan analisis yang memusatkan diri kepad asebuah entitas, orang, ide, atau peristiwa khusus dan berusaha menyelidiki bagaimana hal itu digambarkan atau dikonseptualisasikan dan apa kesan simboliknya. Terdapat juga analisis kontingensi yang bertujuan untuk menginferensikan jaringan asosiasi sumber berdasarkan pola kookurensi berbagai simbol dalam pesan. Ia beranggapan bahwa simbol-simbol konsep-konsep atau ide-ide yang secara dekat diassosiasikan secara konseptual juga akan secara dekat dihubungkan secara statistik. Analisis kontingensi dimulai dengan sekelompok unit pencatatan yang masing-masing dikarakterisasikan dengan sekumpulan atribut yang ada atau tidak ada. Pemilihan unit-unit pencatatan penting asalkan sebuah unit harus cukup kaya secara informasional untuk memuat berbagai kookurensi.
Sementara dalam desain penelitiannya , analisis isi menggunakan rangkaian kegiatan berikut ini diantaranya ; pembentukan data, reduksi data, penarikan inferensi dan penganalisaan yang membantu analisis isi melakukan validasi langsung, pengujian kesesuaian hasilnya dengan metode lain. Desain dalam ranah epistemologi penelitian merupakan kerangka kerja prosedural dan langkah-langkah analitis dalam memproses informasi ilmiah. Dalam analisis isi, desain penelitian secara keseluruhan harus cocok dengan konteks data dan ada kecenderungan bersifat berangkai (sequently)Satu langkah diikuti dengna langkah lain dan keputusan-keputusan tentang satu prosedur tidak dibuat (dipertimbangkan) tergantung kepada hasil dari sebuah prosedur berikutnya.
Terdapat tiga tipe desain penelitian analisis isi, diantaranya adalah pertama, Desain untuk mengestimasikanbeberapa gejala dalam konteks data adalah sangat mendasar, desain tersebut sesuai dengan definisi analisis isi dan digunakan ketika analisis isi dipakai sebagai metode tunggal. Kedua, deain untuk menguji substitutabilitas sebuah metode analisis isi. Disini dua atau lebih metode diterapkan terhadap data yang sama tau data yang berbeda yang diperoleh dari situasi yang sama dengan tujuan menguji apakah kedua metode tersebut membawa hasil yang dapat diperbandingkan dan apabila lebih dari dua metode yang dipergunakan metode mana yang lebih baik.Ketiga, Desain untuk menguji hipotesa, yaitu sebuah desain penelitian yang digunakan untuk membandingkan hasil sebuah analisis isi dengan data yang diperoleh secara independen dan gejala yang tidak diinferensikan dengan menggunakan analisis isi. Sangat sering analisis isi hanya satu bagian dari usaha penelitian yang lebih luas, mungkin ada beberapa jenis data yang tersedia dan hanya sebagian yang tidak terstruktur atau menyangkut komunikasi simbolik yang harus dianalisis dengan analisis isi. Desain penelitian ini memberikan wawasan mengenai keterkaitan yang mungkin ada antara gejala yang mejadi perhatian analisis isi dari kondisi yang mengitarinya.
Terakhir sekali sebagai kesimpulan dari kajian metode penelitian kualitatif dan kuantitatif adalah bahwa ada perbedaan yang mencolok antara kedua metode itu diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tujuan utama dalam penelitian survey adalah menjelaskan gejala sosial , menguji teori membentuk fakta dan menunjukkan hubungan antar variabel. Sementara dalam penelitian kualitatif tujuan utamanya adalah memahami (verstehen) terhadap fenomena sosial dan mengembangkan konsep dengan grounded.
b. Proses yang digunakan bersift deduksi yaitu memverifikasi teori dengan mengembangkan hipotesa. Semenatra dalam penelitian kualitatif proses yang digunakan lebih bersifat induksi sehingga tidak ada teori yang dibuktikan atau tidak menguji hipotesa.
c. Dalam proses deduksi merupakan proses a priori tanpa empiri. Sementara dalam penelitian kualitatif proses induksi merupakan hipotesa proses a posteriori dan empirik
d. Fungsi teori dalam penelitian survei ada prinsip keterwakilan (representativeness) atau probabilitas dalam generalisasi hasil temuan, karena itu sampel sangat penting. Sementara dalam penelitian kualitatif tidak ada prinsip keterwakilan atau probabilitas sehingga masalah jumlah sampel tidak dipersoalkan.
e. Dalam penelitian survey yang menjadi instrumen utama adalah kuisioner, sementara dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen paling utama
f. Tekhnik atau metode yang digunakan biasanya eksperimen , survey, wawancara berstruktur dan pengamatan berstruktur. Sementara tekhnik atau metoid eyang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah pengamatan terlibat, wawancara tak berstruktur (terbuka dan mendalam) life histori, dokumen dan sebagainya.
Akhir dari sebuah penelitian adalah pelaporan dalm bentuk tertulis. Kegiatan pelaporan/penulisan laporan penelitian ditentukan menurut jenis penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Pada penelitian kualitatif, Bogdan dan Biklen mengatakan bahwa sebaiknya laporan penelitian harus memiliki fokus yang jelas. Laporan yang baik memiliki struktur koheren dan bentuk yang dapat memenuhi maksud yang tercermin dalam fokus. Sehubungan dengan itu Moleong menambahkan bahwa menyusun laporan sebaiknya terdiri atas: a) Latar belakang masalah dan tujuan b) penelaahan kepustakaan c) metodologi d) penyajian data e) tekhnik pemeriksaan kesahihan data f) kesimpulan dan rekomendasi.
Menurut Lincoln dan Guba terdapat tiga tugas pengorganisasian dalam penelitian kualitatif, yaitu;
a) penyusunan indeks materi-materi data sehingga dapat diangkat kembali secara tepat apabila diperluakan . Tugas-tugas ini sebagian besar diselesaikan melalui pemrosesan data, kategori-kategori yang mencakup semua rekaman yang relevan, memberikan kerangka seluruhnya untuk mengakses data yang teredia dan memberikan sarana yang mudah untuk mengakses data asli yang ditulis dalam kartu rekaman.
b) Pembuatan kerangka (Outlines) laporan sementara. Kerangka ini dipesiapkan dalam framework konsep yang sangat pemula yang disusun agak bersifat intuitif oleh peneliti. Kerangka ini dibuat dengan menyadari sepenuhnya bahwa akan terjadi revisi secara dramatik dalam proses penulisannya. Namun kerangka ini perlu dibuat untuk menjaga agar semua informasi yang ada dapat terwadahi dalam laporan ini
c) Mengadakan rujuk silang (cross-reference) pada bahan-bahan yang diberikan indeks ke kerangka sementara. Tugas ini memamakan banyak energi dan membosankan, akan tetapi harus dilaksankan kjarena peneliti sangat tergantung dari pekerjaan perujukan silang ini untuk menemukan bahan-bahan yang ditulis.
Selengkapnya.....

Download MK

MSI

Translator



English French German Spain Dutch Arabic

Recent Post

DAFTAR ISI BLOG

1.Blog Sejenis
2.Line Website UNISMA
3.Jam’ul Qur’an
4.Hadis Pra Modifikasi
5.Kampus Pusat Budaya
6.Qawaidul Fiqhiyyah
7.Sarjana Pengangguran
8.Penyimpangan dalam Penafsiran al Qur’an
9.Implementasi Ilmu Islam dalam Peguruan Tinggi Islam
10.Pemikiran Ibn Miskawaih Dlm Pendidikan
11.Otentisitas Hadis versi Orientalis
12.Maqashid al Tasyri’
13.Sejarah Peradilan Islam
14.Mengais Kembali Konsep Turats
15.Sufi Martir Ain Qudhat
16.Tema Pokok al Qur’an
17.Metodologi Penelitian
18.Nilai Maslahat dan HAM dalam Maqashid al Tasyri’
19.Pembaharuan Kurikulum Dasar Menengah
20.Pemikiran al Mawardi
21.Tasawwuf al Falsafi
22.Profil Dosen FAI UNISMA
23.Download Bahan Kuliah
24.Ikhtilaf al Hadis Part. I
25.Ikhtilaf al Hadis Part. II
26.Filsafat Ibn Rusyd
27.Inkar as Sunnah I
28.IInkar as Sunnah Part. II
29.Beasiswa Kuliah Gratis
30.Download MAteri Perkuliahan
31.Uji Timbang Blog
32.Award Pertama Buat FAI
33.Hakikat Manusia : Sebuah Renungan
34.Award oh Award
35.Pengumuman Mengikuti Beasiswa
36. Blog-ku Istana-ku
37.Kuliah Umum di FAI Unisma
38. Info LAnjutan Beasiswa
39. Dukungan Untuk Sang Guru
40. Zikir Akbar di Unisma
41.Ujian Seleksi Kuliah Beasiswa
42. Habil dan Qabil di Era Global
43. Suasana Ujian Seleksi Beasiswa
44. Mengapa aku harus memilih?
45.Pengumuman Hasil Ujian
46. award Dari Sobat Blogger
47. Psikotest Mahasiwa Beasiswa
48. Award Maning
49.Award Blogging 4 Earth
50. Pengumuman Hasil Ujian
51.Award Motivasi & Perilaku
52. Sistem Pembekalan Akademik
53. Award Tiad aPernah Berakhir
54. Light Up The Noght
55.Cap Jempol Darah
56.Awardmu-Awardku-AwardKita
57.Anti Mati Gaya Open Minded
58.Award Is Never Die
59.KEM tingkat Nasional
60.Pengumuman Kuliah Umum
61.Virus Malas Ngeblog
62.Pengumuman Hasil Seleksi Ujian
63. Prote Hasil Pilpres
64. Ramadhan Itu Datang Lagi
65.Orientasi Pendidikan MABA UNISMA
66.Download PPT HAM dan Gender
67.Gus Dur:Sang Guru Bangsa
68.Gerakan Fundamentalisme Islam
69.Download E-Book
70.FAI UNISMA
71.Umar Ibn al Khaththab
72.Beasiswa Kuliah Prodi PGMI
73.Ikhtilaf al Hadis Part. II
74.Gelar Doa sivitas FAI UNISMA
75.Pengumuman Pelaksanaan Tes Ujian Prodi PGMI
76.Pengumuman Hasil Tes Ujian Prodi PGMI
77.Beasiswa S2 Prodi Hukum Islam PPS UNISMA
78.Selamat Jalan Akhi
79.Pesta Demokrasi
80.Ordik MABA UNISMA
81.Islam Rahmat Lil Alamin
82.Beasiswa Bagi Guru PAI di Kemendiknas
83.Hasil Akreditasi PGMI
84.Rekonstruksi Kurikulum FAI UNISMA
85.Beasiswa Perkuliahan Prodi PAI
86. Ketentuan Lomba Lustrum
87. Pengumuman Hasil Psikotes
88. Beasiswa Untuk Guru PAI
89. Islam dan Ilmu Pengetahuan
90. Pengumuman Kelulusan Penerima Beasiswa
91. Pengumuman Hasil Seleksi Ujian Tulis
92. Maqamat dan Ahwal al Sufiyah
93. Ikhtilah Ulama