Ada apa dengan judul di atas??? Bukankah itu adalah bunyi dari sebuah iklan di televisi?? yups benar sob, tapi bukan maksud fia untuk sekedar menirukan bunyi iklan itu. Fia cuman berusaha memotret tanggapan para capres kita ketika membaca, mengamati sekaligus menanggapi hasil penghitungan quick count dari berbagai lembaga survey. Mendadak para capres kita itu serasa mati gaya, tidak enerjik lagi, tidak ada senyum merekah renyah sebagaimana mereka tunjukkan sebelum pemilu presiden di gelar. Ada apa ini sob..??
Sobat pasti ingat sebelum pemilu para capres kita berusaha tebar pesona, senyum sana senyum sini, begitu ramah menyapa rakyat kecil dengan senyum mengembang, tangan pemimpin itu begitu ringan menjamah-menjabat tangan rakyat jelata, masuk kampung, pasar, tempat sampah, bahkan gang kotor nan sempitpun tidak menjadi halangan bagi mereka demi sebuah kemenangan. Dengan gampangnya para capres kita memberondong kata, mengobral janji, menebar harapan, janji-janji manis itu mereka tebarkan dalam relung hati rakyat yang dengan kejujuran dan kesederhanaannya menaruh harapan besar dari janji-janji itu.
Mendadak sontak senyum indah itu berubah menjadi senyum kecut, senyum yang otot-otot dan syaraf di sekitar muka sebenarnya menolak untuk menampakkan diri. Senyum keterpaksaan.... kerongkongan serasa tercekat, kering, kata-kata itu jadi sulit keluar, tidak seperti biasanya..Selepas penghitungan quick count itu tiada lagi senyum indah mengembang, adapun kata-kata indah puitis berbalut rayu itu, kini berganti dengan amuk redam dalam hati. Wajah-wajah itu begitu tegang, kusut, layu dan berkerut. Ada apa ini sobat..??
Duhai pemimpinku...jangan ajari bangsa dan rakyatmu ini dengan tingkah aneh perilakumu. Engkau sebelum kampanye dengan tegar mengatakan siap kalah dan siap menang, karena ini adalah perhelatan demokrasi. Akan tetapi mengapa kini engkau berubah??? Jangan ajari bangsa ini takut menelan kekalahan, ajari kami sikap ksatria...mengapa harus disangkal kenyataan pahit ini..ingat bahwa dalam berdemokrasi itu tidak ada pihak yang kalah dan menang karena yang menang adalah rakyat itu sendiri.
Bukankah engkau sering mengatakannya demikian..??? bukankah engkau bagian dari rakyat Indonesia??? Bila rakyat Indonesia merasa bahagia, senang, bergembira bersuka cita, Mengapa engkau bersedih, merajuk, meradang, menyalahkan kambing tetangga yang berwarna hitam itu...ayoo bergembira berpesta bersama rakyat karena demokrasi baru saja dihelat. Andaikata ada anak bangsa ini yang berbuat curang dan nakal, jewer aja ke pengadilan biar diurus hakim. Biarkan yang jahat masuk penjara engkau tidak perlu menolak hasil demokrasi ini demi sebuah kehormatan, gengsi dan perhitungan ekonomis lainnya.
Semua faham, pesta demokrasi tidak murah akan tetapi membutuhkan biaya yang sangat besar. Belum energi, tenaga, sumberdaya dan pikiran sudah dikerahkan begitu rupa. Tidak ada yang mubazir, tiada yang sia-sia, setiap perjuangan menuntut pengorbanan. Menyadari kekurangan diri dan mengevaluasi kemampuan diri sendiri barangkali lebih baik daripada menyalahkan orang lain. Mempersiapkan diri sejak dini dengan sebaik-baiknya barangkali adalah alternatif terbaik dari semua persoalan yang kini dihadapi oleh para capres yang gagal. Butuh pengorbanan untuk sebuah pengakuan.
Benar kata Prof. Rheinald Kasali, pakar marketting terkenal itu, kalau mau menang jangan tebar pesona dan membuat pencitraan diri dalam waktu yang singkat. Perlu persiapan yang lama dan matang serta bukti dan bukannya janji. Harusnya semua capres membuat pencitraan dirinya jauuuuhh sebelum gema pilpres dikumandangkan. Sebab rakyat Indonesia sudah tahu kapasitas dan integritas masing-masing capres, so dengan rayuan dan bujukan model apapun mereka tak bakal bergeming. Keramahan, kesederhanaan, senyuman, kehangatan dan perhatian para capres selama masa kampanye di mata rakyat jelata hanyalah kepura-puraan belaka. Apalah artinya beramahtamah, bersenyum manis, hangat menyapa rakyat tetapi hanya selama 2 bulan terakhir ini...mana mau rakyat kita dikamuflase...? Ayooo pemimpinku jangan mati gaya......
Sobat pasti ingat sebelum pemilu para capres kita berusaha tebar pesona, senyum sana senyum sini, begitu ramah menyapa rakyat kecil dengan senyum mengembang, tangan pemimpin itu begitu ringan menjamah-menjabat tangan rakyat jelata, masuk kampung, pasar, tempat sampah, bahkan gang kotor nan sempitpun tidak menjadi halangan bagi mereka demi sebuah kemenangan. Dengan gampangnya para capres kita memberondong kata, mengobral janji, menebar harapan, janji-janji manis itu mereka tebarkan dalam relung hati rakyat yang dengan kejujuran dan kesederhanaannya menaruh harapan besar dari janji-janji itu.
Mendadak sontak senyum indah itu berubah menjadi senyum kecut, senyum yang otot-otot dan syaraf di sekitar muka sebenarnya menolak untuk menampakkan diri. Senyum keterpaksaan.... kerongkongan serasa tercekat, kering, kata-kata itu jadi sulit keluar, tidak seperti biasanya..Selepas penghitungan quick count itu tiada lagi senyum indah mengembang, adapun kata-kata indah puitis berbalut rayu itu, kini berganti dengan amuk redam dalam hati. Wajah-wajah itu begitu tegang, kusut, layu dan berkerut. Ada apa ini sobat..??
Duhai pemimpinku...jangan ajari bangsa dan rakyatmu ini dengan tingkah aneh perilakumu. Engkau sebelum kampanye dengan tegar mengatakan siap kalah dan siap menang, karena ini adalah perhelatan demokrasi. Akan tetapi mengapa kini engkau berubah??? Jangan ajari bangsa ini takut menelan kekalahan, ajari kami sikap ksatria...mengapa harus disangkal kenyataan pahit ini..ingat bahwa dalam berdemokrasi itu tidak ada pihak yang kalah dan menang karena yang menang adalah rakyat itu sendiri.
Bukankah engkau sering mengatakannya demikian..??? bukankah engkau bagian dari rakyat Indonesia??? Bila rakyat Indonesia merasa bahagia, senang, bergembira bersuka cita, Mengapa engkau bersedih, merajuk, meradang, menyalahkan kambing tetangga yang berwarna hitam itu...ayoo bergembira berpesta bersama rakyat karena demokrasi baru saja dihelat. Andaikata ada anak bangsa ini yang berbuat curang dan nakal, jewer aja ke pengadilan biar diurus hakim. Biarkan yang jahat masuk penjara engkau tidak perlu menolak hasil demokrasi ini demi sebuah kehormatan, gengsi dan perhitungan ekonomis lainnya.
Semua faham, pesta demokrasi tidak murah akan tetapi membutuhkan biaya yang sangat besar. Belum energi, tenaga, sumberdaya dan pikiran sudah dikerahkan begitu rupa. Tidak ada yang mubazir, tiada yang sia-sia, setiap perjuangan menuntut pengorbanan. Menyadari kekurangan diri dan mengevaluasi kemampuan diri sendiri barangkali lebih baik daripada menyalahkan orang lain. Mempersiapkan diri sejak dini dengan sebaik-baiknya barangkali adalah alternatif terbaik dari semua persoalan yang kini dihadapi oleh para capres yang gagal. Butuh pengorbanan untuk sebuah pengakuan.
Benar kata Prof. Rheinald Kasali, pakar marketting terkenal itu, kalau mau menang jangan tebar pesona dan membuat pencitraan diri dalam waktu yang singkat. Perlu persiapan yang lama dan matang serta bukti dan bukannya janji. Harusnya semua capres membuat pencitraan dirinya jauuuuhh sebelum gema pilpres dikumandangkan. Sebab rakyat Indonesia sudah tahu kapasitas dan integritas masing-masing capres, so dengan rayuan dan bujukan model apapun mereka tak bakal bergeming. Keramahan, kesederhanaan, senyuman, kehangatan dan perhatian para capres selama masa kampanye di mata rakyat jelata hanyalah kepura-puraan belaka. Apalah artinya beramahtamah, bersenyum manis, hangat menyapa rakyat tetapi hanya selama 2 bulan terakhir ini...mana mau rakyat kita dikamuflase...? Ayooo pemimpinku jangan mati gaya......
hihihihkk
kayak lagu itu ya
anti mati gaya
salam kenal,,,
kunjungi balik y,jangan lupa komen
http://naksangka.blogspot.com/2009/07/test-kode.html
bagus tuch sob
mati gaya???
ga banget buat gw tuuuhh...
coz gw dah "PD" dari lahir
hehehehehheeee......
lam knl ya?
kok kaya iklan c?????
siip...
ya maklum ja bos, dah ketahuan akan kalah kali healthlovemoneyand family
Pada pusing kali..dah keluar duit banyak...hehehe
good article...thanks
mati gaya? bener banget...baik yang kalah maupun yang menang sama aja. yang banyak gaya justru KPU nya wakakkk...
siiip
wah...kayanya bener ulasan mbak Fia..para capres dan cawapres udah pada mati gaya...hihihihihhi....
kita tunggu aja hasil selengkapnya...