Kemarin hari Rabu, 12 Agustus 2009, MK memutuskan menolak permohonan dua pemohon yakni 2 capres yang kalah dalam pemilu presiden tahun 2009. serta merta berdasarkan keputusan MK itu maka SBY secara yuridis memperoleh legitimasi yang kuat untuk melanjutkan kepemimpinan beliau selama 5 tahun mendatang. Legitimasi SBY untuk menjadi presiden tidak hanya dalam ranah hukum, namun secara sosial politik SBY juga mendapat dukungan yang luas baik dalam pergaulan internasional maupun keterterimaan beliau dalam hati sanubari rakyat Indonesia. Benarkah demikian ??
Sobat fai tercinta, kompetisi, pertarungan, perlombaan dan dan segala bentuk persaingan lainnya selalu menyisakan fihak yang kalah dan menang. Kemenangan disambut dengan hangar bingar hiruk pikuk sorak sorai pemenang dan pendukungnya. Senyum manis mengembang dengan indahnya tiada henti tersungging di sudut pipi peraih kemenangan. Seolah kerja keras selama ini terbayar sudah dengan hasil yang sangat memuaskan. Sebaliknya bagi yang kalah, sumpah serapah, syak wasangka, tipu muslihat dan dendam kesumat menjadi aroma yang sangat kuat berhembus dari wajah-wajah kusut mereka. Mereka tidak percaya bahwa kekalahan itu akhirnya datang juga, padahal beribu janji, senyum manis, tegur sapa, dan segala bentuk rayu tebar pesona sudah mereka peragakan dengan bagusnya. Mereka yakin menang, dan tidak mungkin kalah, karena dimana-mana dielu-elukan rakyat. Ternyata yang terjadi adalah sebaliknya, rakyat tidak mempercayai mereka, dan mereka merasa ada sesuatu yang aneh dan ganjil dengan pelaksanaan demokrasi di negeri ini. Maka meradanglah sebagian dari anak bangsa negeri ini menuntut keadilan agar ditegakkan dengan sebaik-baiknya serta menolak keseluruhan hasil pemilu 2009.
Bentuk penolakan mereka memang beranekaragam sesuai dengan tingkat budaya, pendidikan, kapasitas dan lingkungan yang ada di sekitar mereka. Jika petinggi politiknya menolak hasil pipres dengan mengajukan permohonan pembatalan hasil pilpres ke MK, maka simpatisan partai pengusung calon presiden menunjukkan penolakan mereka itu dengan cara yang aneh.
Koq aneh...?? yah mereka menolak hasil pilpres dengan cara menanam (mengubur) tubuh mereka hingga batas kepala. Mulai mata kaki hingga leher, mereka benamkan ke dalam tanah sebagai simbol perlawanan mereka terhadap prosedur penyelenggaraan pemilu yang penuh dengan kecurangan. Rencananya ’penguburan diri’ ini akan berlangsung sampai pada batas yang tidak ditentukan, atau hingga protes mereka di dengar oleh petinggi negara ini.



Sayangnya...aksi dramatis ini berakhir tragis, sebab pelakunya kemudian kesurupan atau sebagian pelaku penguburan diri ini pingsan tidak kuat menahan sesaknya beban derita baik fisik maupun non fisik.Aqal sehat tentu akan bertanya: untuk apa mengubur diri jika hanya untuk menolak hasil pemilu?? Apakah dengan mengubur diri ada dampak yang signifikan berpengaruh terhadap jalannya sidang yang digelar oleh MK ?? Apakah rakyat negeri ini, apakah pemimpin negeri ini, dan apakah pecinta demokrasi di negeri ini merasa terbantu dan tergerak hatinya untuk mendiagnosa kembali kesehatan demokrasi dan keadilan negeri tercinta ini ?? apakah dengan mengubur diri situasi politik, hukum, sosial segera memihak mereka ?? Nilai filosofi apa yang terkandung dari penguburan diri ini jika tujuannya hanyalah untuk menutupi kegagalan dari perjuangan yang kurang maksimal ?? Seberapa kuat pesan yang disampaikan kepada telinga dan kesadaran rakyat penghuni negeri ini dengan aksi penguburan ini ?? Sebagian rakyat negeri ini menganggap aksi ini adalah aksi heroik, wujud nasionalisme dan simbol perjuangan mempertahankan kebenaran. Sebagian rakyat negeri ini juga berpendapat sebaliknya, bahwa aksi penguburan diri ini adalah aksi konyol, irrasional dan kekanak-kanakan. Sebuah ide dari perbuatan budaya yang tidak lazim memang selalu memunculkan kontradiksi. Ada yang setuju mengangguk-angguk sampai ngantuk...ada yang menolak sembari tertawa terbahak-bahak. Anda sobat Fai berada dalam posisi mana....hi hi hi...
Pusing kalau harus ngikuti perkembangan politik dinegara kita...
Waaa... nggak tahulah... pusing
Sengketa Pilpres sudah diajukan ke MK dan MK telah memutuskan hasil Pilpres 2009 sah. Semoga sudah tidak ada konflik lagi. Salam ukhuwah BERSAMA DAKWAH
iya sie sob seharusnya para petinggi kita perlu belajar ama anak2 kecil itu.lihat aja anak2 yang ikut lomba 17an mereka begitu riang mengikuti perlombaan seakan-akan mereka hanya menjalankan kewajiban untuk memeriahkan kemerdekaan.jadi meskipun kalah or menang gak jadi masalah bagi mereka.
Aku awam masalah polititk. Bagiku, siapapun Presiden nya.... ngeblog jalan terus.... hehehehhe
pusing mikirin politik.
sudah menjadi tradisi Indonesia
boleh protess..selalu kritis... by yourskirt.com
kritis boleh, tetapi harus legowo juga....
siapapun yang menang yang penting peduli dengan rakyat dan bersih dari korupsi
Mustinya dalam pemilihan presiden itu semua bisa dapat peran. Yang menang berperan mengatur pemerintahan, yang kalah berperan mengawasi jalannya pemerintahan. Itu kalau memang tujuannya benar-benar untuk rakyat lho
Yuk mari Mengembalikan Jati Diri Bangsa dengan legowo terhadap hasil pemilu 2009
apa mreka tau pa yg sdg mreka lakukan? q ga yakin..
indra-(1001solusihidup.blogspot.com)
Wah aneh aneh aja tuh orang gila kali =) www.beritanyata.blogspot.com
protes mulu :)
kritis tapi dgn cara yg benar, intinya bangsa ini menjadi bangsa yg besar dan maju tanpa harus dgn kekerasan
Meski presidennya malaikat, tetap aja ada yang protes..
Orang itu isinya iri dan dengki
protes kalau kaya gt caranya g ada gunanya atuch.... kurang kerjaan itu namanya, cuma menyiksa diri.....
kalau sempat coment dan folow balik y sala kenal