Jurnal Ilmiah

Panduan SOS

Prog. SOS FAI

Prog. SOS FAI
Sistem Informasi Akademik Mahasiswa FAI Berbasis Online

Popular Posts

Followers

CELEBRITY

Tamu-nya FAI

Oleh : Ibn Jazari Zaenal
Beliau adalah Abu al Ma’ali Abdullah ibn Abi Bakr Muhammad ibn Ali ibn al Hasan ibn Ali al Miyanaji, terkenal dengan gelaran sebagai Ain al Qudhat al Hamadhani, dilahirkan di Hamadhan pada tahun 492/1098 M, dari keluarga terpelajar berasal dari Miyana di Azerbaijan, sebuah kotapraja yang terletak di antara Maraghah dan Tabriz.



A. Ringkasan Historis
Kakeknya adalah seorang Qadhi Hamadhan dan di sinilah ia meninggal sebagai seorang martir, demikian juga dengan ayahnya beliau meninggal akibat tindak kekerasan yang diakibatkan sedikitnya pemahaman umat islam tentang teori-teori kesufian. Hamadhan adalah sebuah kota kuno terletak di Persia Tengah dan dalam bayangan gunung Alwand Ibu Kota Medes dan Akhaemenid, jauh sebelum penaklukkan oleh Arab dan datangnya Islam. Pada paruh kedua abad ke-5 H / 11 M, ia berkembang menjadi pusat perdagangan yang ramai, bagian dari dominion Saljuk yang besar itu. Pada tahun 494 H/ 1100 M, kota itu dijarah oleh tentara, entah apa alasannya. Dalam keadaan demikian ini, barangkali, Ain al Qudhat,yang pada saat itu berusia 3 tahun, kehilangan kakeknya.
Catatan riwayat hidupnya tak begitu lengkap, penggalan sejarahnya tak berbicara apapun tentang masa kanak-kanak dan pendidikan Ain al Qudhat. Perihal dia terdidik sepenuhnya dalam bahasa Arab dan ilmu agama islam, dan perihal ia memperlihatkan dengan luar biasa cepatnya menjadi seorang yang dewasa, dapat disimpulkan dari tulisan-tulisnnya sendiri, terutama karya beliau yang berjudul Zubdat al Haqaiq dan Tamhidat. Beliau sendiri mengatakan “ Tak mengherankan kalau orang iri padaku, melihatku dalam usia dua puluh tahun lebih sedikit aku mampu menggubah buku yang -orang seumur antara llima puluh dan enam puluh tahun- sulit memahaminya apalagi menyusun dan menggubahnya”. Memang kelancaran dan keindahan tulisan-tulisan berbahasa arabnya membuktikan kecemerlangannya dalam studi-studi klasik, sekalipun jelas bahwa ia, dalam hal ini tidak lebih dari mengikuti suatu kebiasaan yang sudah lama dilakukan oleh kalangan sarjana Persia. Karena itu dapat dipastikan bahwa sebelum beralih ke Sufisme, Ain al Qudhat telah sepenuhnya menguasai tata bahasa Arab , filologi, dan sejarah sastra arab, tafsir al Qur’an , ilmu tentang sunnah dan hadis Nabi, teologi, ilmu fiqh (ia bermazhab Syafi’I dan memenuhi syarat untuk menjadi qadhi) logika, filsafat, pendeknya semua cabang ilmu pengetahuan yang istilah – istilah tekhnisnya ia kuasai dengan amat cepat dan mudah.
Ain al Qudhat menyatakan bahwa ia meninggalkan studi-studi sekular menjelang aqil baligh dan dewasa, ketika “dengan tekun menelaah ilmu keagamaan” dan menyibukkan diri dijalan sufi. Telaahnya terhadap buku-buku teologi hanya menambah kekacauan dan kebingungannya. . Berkat karunia Allah ia tertolong dari keadaan yang membahayakan ini melalui penelaahan teliti atas tulisan-tulisan Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali. Hal ini dilakukannya hampir empat tahun lamanya, dan membuatnya terlepas dari kesalahan dan kebutaan. Hal yang sama pernah terjadi pada diri Imam al Ghazali ketika mengalami masa pancaroba dan peralihan dari ilmu-ilmu keagamaan menuju pengalaman sufisme. Ain al Qudahat mengalami kondisi ini pada usia dua puluh empat tahun yaitu pada tahun 516 / 1122 atau sebelas tahun setelah Abu Hamid al Ghazali wafat.
Tulisan-tulisan al Ghazali teristimewa karya besarnya Ihya’ Alumuddin, sedemikian berpengaruh pada Ain al Qudhat, sehingga seperti yang ia nyatakan “ mata visi ruhaniahku mulai terbuka, bukan mata visi intelektual”. Ia dalam keadaan demikian selama hampir setahun. Kemudian saudara lelaki Abu Hamid, Abu al Futuh ahmad al Ghazali, datang ke Hamadhan dan kehadirannya yang kurang dari dua puluh hari, membuat perubahan ruhaniahnya sempurna. Setelah itu sampai Ahmad meninggal, tahun 520/1126, keduanya selalu mengadakan hubungan melalui surat dan pertemuan. Tulisan-tulisannya terutama sekali Sawanih yang berbahasa persia , mengenai cinta ruhaniah, sedemikian mempengaruhi sufisme Persia selama berabad-abad. Ain al Qudhat memaparkan bahwa ayahnya juga hadir dalam lingkaran Ahmad, dan turut serta dalam tarian yang menyertai ritus-ritus sufisme.

B. KARYA_KARYA BELIAU

Ain Qudhat mencurahkan tenaganya untuk menulis, dan memahami dengan mendalam persoalan-persoalan dibidang keagamaan terutama kajian tentang sufism. Berikut ini adalah beberapa karya beliau baik yang masih bisa dilacak keberadaannya maupun yang sudah hilang.
1. Risalah, tampaknya ditulis ketika ia berusia empat belas tahun, Hilang
2. Qira’ al Asyi ila Ma’rift al ‘Uran wa a’ A’asyi, tentang masalah yang tidak diketahui, hilang
3. ar Risalah al ‘Ala’iyah, sebuah brosur singkat. Hilang
4. al Muftalad min at Tashrif, buku kecil tentang tata bahasa. Hilang
5. Amali al ‘Isytiyaq fi Layali al firaq. Hilang
6. Munyat al Haisub, tentang ilmu hitung, hilang
7. Ghayat al Bahts ‘an Ma’na al Ba’ts , tentang sifat sejati ramalan, disusun dalam usia dua puluh satu tahun. Hilang
8. Shaulat al Bazil al Amun ‘Ala ‘Bn al Labun. Hilang
9. Nuzhat al ‘Usysyaq wa Nuzhat al Musytaq,seribu sajak erotik. Hilang
10. al Madkhal ila al ‘Arabiyah wa al Riyadhah ‘Ulumiha al Adabiyah, tentang kesusasteraan tak lengkap, hilang
11. Tafsir Haqa’iq al Qur’an, ulasan esoterik atas al qur’an, tidak lengkap, hilang
12. Risala-yi Jamali , brosur kecil tentang ramalan. Masih ada
13. Zubdat al Haqa’iq tentang filsafat adan teologi, ditulis dalam usia dua puluh empat tahun . masih ada dan sudah diterbitkan
14. Tamhidat, tentang sufisme,disusun pada 512 / 1127,masih ada dan sudah diterbtikan
15. Maktubat,surat-surat. Masih ada
16. Syakwa al Gharib, tulisan tentang pembelaan disusun pada 525 / 1131 masih ada sudah diterbitkan dan diterjemahkan
Karya-karya berikut ini juga dianggap karya-karya Ain al Qudhat, di antaranya:
17. Syarh Kalimat Qishar Baba Thahir, sebuah daftar istilah sufi, masih ada
18. Risala-yi Yazdan – Shinakht, tentang pengetahuan mengenai Tuhan. Masih ada
19. Risala-yi Lawa’ih, tentang cinta Kesufian. Masih ada dan sudah diterbitkan.

C. PEMIKIRAN SUFISME DAN KELUARBIASAAN AIN AL QUDHAT

Nama baik ain al Qudhat sebagai hamba Allah segera menarik banyak pengikut. Beberapa tahun sebelum tutup usia, ia mengajar melalui lisna dan tulisan.”Setiap hari aku berbicara di dalam tujuh atau delapan kali pertemuan mengenai berbagai soal pengetahuan. Tidak kurang dari seribu kata, aku berbicara di dalam setiap pertemuan itu”. Pada waktu yang sama , kadang-kadang dalam dua atau tiga bulan ia harus memulihkan kembali kekuatannya karena amat letih. Ia menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki. Kemasyhurannya sebagai orang suci semakin lama semakin tersebar ketika keajaiban-keajaiban mulai dihubungkan dengan dirinya, termasuk menghidupkan orang mati”.
Semua itu menimbulkan kecemburuan dan permusuhan para teolog ortodoks. Peperanganpun berkobar anatara kaum ulama dan kaum sufi selama tiga abad, walau ada upaya-upaya mendamaikan oleh serangkaian penulis kesufian yang berpuncak pad karya besar Abu Hamid al Ghazali, hanya saja pertengkaran-pertengkaran itu masih saja berkobar dan meminta korban, kaum Martir.
Ain al Qudhat secara resmi telah diadukan oleh para ulama kepada menteri Saljuk dari Iraq, Abu al Qasim Qiwam ad Din Nashir ibn Ali ad Dargazini, yang terkenal alim dan haus darah. Menteri ini telah menjebloskan sang sufi ke dalam penjara di Baghdad, di sana ia menyusun pembelaannya. Setelah beberapa bulan ditahan di Baghdad, ia dikirm kembali ke Hamadhan, kampung halamannya. Di sana pada malam kedatangan sultan Saljuk, Mahmud, yang memerintah dari 511-524 / 1118-1131 ia menjalani hukuman mati secara biadab. Demikianlah pada 6-7 Jumadil Akhir 525, orang yang kepandaiannya luar biasa dan jarang ini-seorang cendekiawan, sufi, wali dan martir- dalam usia tiga puluh tiga tahun, diakhiri riwayatnya.
Tuduhan-tuduhan bid’ah yang dilemparkan pendakwanya telah disuusn agak terinci oleh Ain al Qudhat dalam pembelaannya. Pelanggaran pertama adalah sikapnya terhadap kenabian, “yang pemunculannya bergantung pada perwujudan suatu tahap dibalik tahap nalar”. Iapun melanjutkan “para filosof menyangkal keadaan-keadaan demikian ini karena mereka terkungkung dalam kesempitan nalar. Istilah nabi bagi mereka berarti seseorang yang telah mencapai tingkat tertinggi nalar. Akan tetapi itu sama sekali tidak sama dengan percaya kepada kenabian….Para ahli teologi masa kini mencelaku atas pemaparan ini antara lain karena mengira bahwa menyatakan adanya tahap dibalik tahap nalar berarti menghalangi orang kebanyakan untuk percaya kepada kenabian… “
Semua ini sepenuhnya sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ain al Qudhat dalam Zubdat al Haqaiqnya. Ia mengklaim lebih lanjut bahwa pandangan apa yang ia utarakan tidak berbeda dengan pandangan Abu Hamid al Ghazali, suatu pernyataan yang bisa dibenarkan, meskipun benar tidaknya al Ghazali berpendapat demikian, masih diperselisihkan. Akan tetapi dalam Tamhidat, Ain al Qudhat mengajukan gagasan-gagasan tentang ajaran kenabian mengenai kehidupan setelah mati yang sama sekali berbeda dengan ortodoksi, dan dengan posisi keimanan yang dikemukakan dalam bagian penutup pembelaan itu.”Carilah pusara dalam dirimu sendiri…Sifat kemanusiaan seorang manusia adalah maqam…Pemeriksaan Munkar dan Nakir adalah juga di dalam diri….Ibn Sina , menjelaskan gagasan ini dengan kata-kata,’Munkar adalah perbuatan buruk, dan Nakir adalah perbuatan baik…’Jalan kecil (semua orang harus melaluinya pada hari Qiyamat) juga harus dicari di dalam diri…Keseimbangan adalah akal budi…Surga dan Neraka juga ada pada engkau dan harus dicari di dalam batin…Gagasan-gagasan tak ortodoks ini benar-benar sesuai dengan ajaran-ajaran Ibn Sina. Tentang al Ghazali ia memandang bahwa penyangkalan terhadap kebangkitan kembali jasad adalah sebagai bid’ah dan harus dihukum mati. Pernyataan bahwa neraka surga dan bidadari yang bersifat fisik adalah “semata-mata ibarat yang diciptakan untuk orang kebanyakan …adalah bertentangan dengan keyakinan semua orang Islam…”
Pelanggaran berat kedua Ain al Qudhat adalah pembicaraanya tentang “perlunya murid akan guru ruhaniah untuk membimbingnya menuju jalan kebenaran”. Pendakwa-pendakwanya menafsirkan dia sebagai “sejalan dengan kaum Ismailiyyah yang menganut kepercayaan bahwa Imam adalah Ma’shum” Salah tafsir terhdap ajarannya ini adalah bodoh sekali, terutama setelah memperhaitkan apa yang ditulis Ain al Qudhat tentang soal itu di dalam Zubdat al Haqaiq dan Tamhidat. Ia tidak menyimpang dari pendirian banyak sufi lain sebelum dia. Dalam surat-suratnya yang hingga kini belum diterbitkan, ia bahkan bertindak lebih jauh lagi, yakni meminta ketaatan penuh dari murid, sekalipun demikian ia bukan tanpa preseden.
Tuduhan berat ketiga yang dilemparkan kepada Ain al Qudhat adalah bahwa ia penganut panteisme. Serangan ini dikaitkan dengan “pernyataannya mengenai Pencipta dunia, bahwa Dia adalah Sumber dan Asal mula mahluq, Dia adalah ‘semua’ dia adalah ‘wujud Sejatinya’ dan semua selain Dia ,pada hakikatnya, adalah sia-sia, fana, tidak ada, dan maujud hanya sejauh Yang Maha Kuasa dan Maha Abadi menopang keberadaannya. (masalah sampingannya adalah dakwaan bahwa ungkapan-ungkapan ini secara tidak langsung menyatakan bahwa dunia ini ada dari keabadian – sebuah bid’ah tercela yang disangkal oleh Ain al Qudhat di tempat lain. Pelanggaran selanjutnya yang dinyatakan tanpa bukti adalah “paparan mengenai ajaran yang menyatakan bahwa Tuhan tidak tahu hal-hal yang terinci. Dengan demikian, para penuduh melengkapi dengan tiga bid’ah yang oleh al Ghazali dinyatakan cukup sebagai syarat untuk segera dijatuhi hukuman mati). Ain al Qudhat dalam membela dirinya terhadap tuduhan panteism, menggunakan ajaran sufi terkenal tentang fana’, yaitu luluhnya segala mahluq kedalam wujud Tuhan. Ajaran ini pada zamannya, benar-benar telah menjadi bagian amat pokok dan padu dari ajaran sufi, sehinggta agak mengherankan jika Ain al Qudhat harus digugat sehubungan dengan hal itu. Namun demikian mesti diingat bahwa ortodoksi yang ketat tidak pernah dapat dirukunkan dengan suatu teori yang, dalam bentuk ekstremnya, nampak hanya sedikit berbeda dengan bid’ah yang mengerikan, yaitu penitisan (hulul) Tuhan ke dalam manusia.
Demikian selintas biografi dan percikan pemikiran sufisme Ain al Qudhat sang martir yang meninggal akibat keteguhannya memegang prinsip-prinsip kebenaran sufisme.Selain beliau masih banyak sufi –sufi martir lain yang meninggal di tangan penguasa yang lalim. Bagaikan dedaunan setiap yang rontok akan tumbuh bersemi daun-daun baru yang lebih muda.

Disarikan dari Buku : a Sufi Martyr: The Apologia of Ain al Qudhat al Hamadhani,
editor :A.J. Arberry

0 komentar

Post a Comment

Terimakasih atas komentar dan kunjungannya, salam manis buat sobat semua

Download MK

MSI

Translator



English French German Spain Dutch Arabic

Recent Post

DAFTAR ISI BLOG

1.Blog Sejenis
2.Line Website UNISMA
3.Jam’ul Qur’an
4.Hadis Pra Modifikasi
5.Kampus Pusat Budaya
6.Qawaidul Fiqhiyyah
7.Sarjana Pengangguran
8.Penyimpangan dalam Penafsiran al Qur’an
9.Implementasi Ilmu Islam dalam Peguruan Tinggi Islam
10.Pemikiran Ibn Miskawaih Dlm Pendidikan
11.Otentisitas Hadis versi Orientalis
12.Maqashid al Tasyri’
13.Sejarah Peradilan Islam
14.Mengais Kembali Konsep Turats
15.Sufi Martir Ain Qudhat
16.Tema Pokok al Qur’an
17.Metodologi Penelitian
18.Nilai Maslahat dan HAM dalam Maqashid al Tasyri’
19.Pembaharuan Kurikulum Dasar Menengah
20.Pemikiran al Mawardi
21.Tasawwuf al Falsafi
22.Profil Dosen FAI UNISMA
23.Download Bahan Kuliah
24.Ikhtilaf al Hadis Part. I
25.Ikhtilaf al Hadis Part. II
26.Filsafat Ibn Rusyd
27.Inkar as Sunnah I
28.IInkar as Sunnah Part. II
29.Beasiswa Kuliah Gratis
30.Download MAteri Perkuliahan
31.Uji Timbang Blog
32.Award Pertama Buat FAI
33.Hakikat Manusia : Sebuah Renungan
34.Award oh Award
35.Pengumuman Mengikuti Beasiswa
36. Blog-ku Istana-ku
37.Kuliah Umum di FAI Unisma
38. Info LAnjutan Beasiswa
39. Dukungan Untuk Sang Guru
40. Zikir Akbar di Unisma
41.Ujian Seleksi Kuliah Beasiswa
42. Habil dan Qabil di Era Global
43. Suasana Ujian Seleksi Beasiswa
44. Mengapa aku harus memilih?
45.Pengumuman Hasil Ujian
46. award Dari Sobat Blogger
47. Psikotest Mahasiwa Beasiswa
48. Award Maning
49.Award Blogging 4 Earth
50. Pengumuman Hasil Ujian
51.Award Motivasi & Perilaku
52. Sistem Pembekalan Akademik
53. Award Tiad aPernah Berakhir
54. Light Up The Noght
55.Cap Jempol Darah
56.Awardmu-Awardku-AwardKita
57.Anti Mati Gaya Open Minded
58.Award Is Never Die
59.KEM tingkat Nasional
60.Pengumuman Kuliah Umum
61.Virus Malas Ngeblog
62.Pengumuman Hasil Seleksi Ujian
63. Prote Hasil Pilpres
64. Ramadhan Itu Datang Lagi
65.Orientasi Pendidikan MABA UNISMA
66.Download PPT HAM dan Gender
67.Gus Dur:Sang Guru Bangsa
68.Gerakan Fundamentalisme Islam
69.Download E-Book
70.FAI UNISMA
71.Umar Ibn al Khaththab
72.Beasiswa Kuliah Prodi PGMI
73.Ikhtilaf al Hadis Part. II
74.Gelar Doa sivitas FAI UNISMA
75.Pengumuman Pelaksanaan Tes Ujian Prodi PGMI
76.Pengumuman Hasil Tes Ujian Prodi PGMI
77.Beasiswa S2 Prodi Hukum Islam PPS UNISMA
78.Selamat Jalan Akhi
79.Pesta Demokrasi
80.Ordik MABA UNISMA
81.Islam Rahmat Lil Alamin
82.Beasiswa Bagi Guru PAI di Kemendiknas
83.Hasil Akreditasi PGMI
84.Rekonstruksi Kurikulum FAI UNISMA
85.Beasiswa Perkuliahan Prodi PAI
86. Ketentuan Lomba Lustrum
87. Pengumuman Hasil Psikotes
88. Beasiswa Untuk Guru PAI
89. Islam dan Ilmu Pengetahuan
90. Pengumuman Kelulusan Penerima Beasiswa
91. Pengumuman Hasil Seleksi Ujian Tulis
92. Maqamat dan Ahwal al Sufiyah
93. Ikhtilah Ulama