Jurnal Ilmiah

Panduan SOS

Prog. SOS FAI

Prog. SOS FAI
Sistem Informasi Akademik Mahasiswa FAI Berbasis Online

Popular Posts

Followers

CELEBRITY

Tamu-nya FAI

Berikut ini adalah bahan materi perkuliahan MK Ulumul Hadis yang disampaikan pada program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Program studi Ahwal al-Syahshiyah (AS) pada Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang.
Bahan materi perkuliahan ini diunggah dalam format ppt. Bagi mahasiswa yang menginginkan materi ini silahkan di download pada link yang tersedia. Terimakasih.

1. Kedudukan dan Fungsi Hadis. Klik Di Sini
2. Hadis Pra Kodifikasi Klik Di Sini
3. Hadis Pasca Kodifikasi Klik Di Sini
4. Cabang-cabang Ilmu Hadis Klik Di Sini
5. Hadis Shohih Klik Di Sini
6. Hadis Maudhu' Klik Di Sini
7. Gerakan Inkar al Sunnah Klik Di sini
8.  Ilmu Jarh Wa Ta'dil Klik Di Sini
Selengkapnya.....

Berikut ini adalah Bahan Kuliah untuk Mata Kuliah Metodologi Penelitian semester V ABC program Studi PAI File diekstrak dalam bentuk winrar, dan dipassword. untuk membuka password silahkan menanyakan pada dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian. Berikut ini adalah Link Downloadnya : Di Sini Selengkapnya.....

Berikut ini adalah Bahan Kuliah untuk Mata Kuliah Metodologi Penelitian semester V ABC program Studi PAI File diekstrak dalam bentuk winrar, dan dipassword. untuk membuka password silahkan menanyakan pada dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian. Berikut ini adalah Link Downloadnya : Di Sini Selengkapnya.....

Bagi Mahasiswa Semester I Program Studi Pendidikan Agama islam dan Ahwal al Syahshiyyah berikut ini adalah Link MK untuk MSI. Ada 3 varian file yang bisa didownload, Dalam bentuk Pdf, Powerpoint dan Winrar. Silahkan didownload link-link berikut ini :

Link Pdf--- 20 MB

Link Ppt--- 6 MB

Link Winrar--- 6 MB Selengkapnya.....

Diumumkan kepada seluruh mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang semua Program Studi yang pada semester genap 2013-2014 ini akan, sedang dan telah menyelesaikan ujian skripsi, harap menyusun penulisan artikel yang akan diterbitkan oleh pihak fakultas menjadi Jurnal Ilmiah Mahasiswa.

Jurnal ilmiah ini adalah salah satu dari beberapa persyaratan penting lainnya dalam penyelesaian studi di Kampus Unisma dan menjadi persyaratan untuk diterbitkannya Yudisium mahasiswa yang akan mengikuti wisuda sarjana tahun akademik 2013-2014 sekitar bulan September 2014.

Dalam rangka persamaan persepsi dan ketertiban dalam penyusunan sistematika artikel, maka berikut ini akan kami lampirkan naskah Contoh Artikel Ilmiah Mahasiswa. File kami unggah di Mediafire karena tidak memerlukan kode verifikasi dan hal-hal ribet lainnya.

Berikut adalah file yang kami maksud, silahkan di DOWNLOAD
Selengkapnya.....

Pemberitahuan untuk temen2 mahasiswa peningkatan kualifikasi angkatan 2011 yang telah mengajukan judul skripsi. Berikut ini daftar judul skripsi yang telah disetujui berikut dosen pembimbingnya masing-masing. Untuk download filex silahkan klik DISINI... http://www.mediafire.com/view/5bpk5h5evdg0h7h/PEMBIMBING_SKRIPSI_angk.2011.pdf

Bagi yang telah mengajukan kembali judul skripsi yang sebelumnya belum diterima, untuk pengumumannya tunggu informasi berikutnya. Tks.


Selengkapnya.....


Oleh : Ika Ratih Sulistiani
Abstrak :
Suatu karakteristik tahap berpikir Van Hiele adalah bahwa kecepatan untuk berpindah dari satu tahap ke tahap berikutnya lebih banyak dipengaruhi oleh aktifitas dalam pembelajaran. Dengan demikian, pengorganisasian pembelajaran, isi, dan materi merupakan faktor penting dalam pembelajaran, selain guru juga memegang peran penting dalam mendorong kecepatan berpikir siswa melalui suatu tahapan. Tahap berpikir yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan-latihan yang tepat bukan melalui ceramah semata. Dalam perkembangan berpikir, van Hiele (dalam Clements dan Battista, 1992:436) menekankan pada peran siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara aktif. Siswa tidak akan berhasil jika hanya belajar dengan menghapal fakta-fakta, nama-nama atau aturan-aturan, melainkan siswa harus menentukan sendiri hubungan-hubungan saling Keterkaitan antara konsep-konsep geometri daripada proses-proses geometri.
Pendahuluan
Di antara berbagai cabang matematika, geometri menempati posisi yang paling memprihatinkan. Kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar geometri terjadi mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Kesulitan belajar ini menyebabkan pemahaman yang kurang sempurna terhadap konsep-konsep geometri yang pada akhirnya akan menghambat proses belajar geometri selanjutnya.
Teori van Hiele yang dikembangkan oleh Pierre Marie van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof sekitar tahun 1950-an telah diakui secara internasional (Martin dalam Abdussakir, 2003:34) dan memberikan pengaruh yang kuat dalam pembelajaran geometri sekolah. Uni Soviet dan Amerika Serikat adalah contoh negara yang telah merubah kurikulum geometri berdasar pada teori van Hiele (Anne, 1999). Pada tahun 1960-an, Uni Soviet telah melakukan perubahan kurikulum karena pengaruh teori van Hiele (Anne, 1999). Sedangkan di Amerika Serikat pengaruh teori van Hiele mulai terasa sekitar permulaan tahun 1970-an (Burger & Shaughnessy, 1986:31 dan Crowley, 1987:1). Sejak tahun 1980-an, penelitian yang memusatkan pada teori van Hiele terus meningkat (Gutierrez, 1991:237 dan Anne, 1999).
Penerapan teori Van Hiele diyakini dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam geometri. Hal ini disebabkan karena teori Van Hiele lebih menekankan pada pembelajaran yang disesuaikan dengan tahap berpikir siswa.
Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika karena banyaknya konsep-konsep yang termuat di dalamnya. Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematik, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi. Geometri juga merupakan sarana untuk mempelajari struktur matematika (Burger & Culpepper, 1993:140).
Tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa memperoleh rasa percaya diri mengenai kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah yang baik, dapat berkomunikasi secara matematik, dan dapat bernalar secara matematik (Bobango, 1992:148). Sedangkan Budiarto (2000:439) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran geometri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, dan dapat membaca serta menginterpretasikan argumen-argumen matematik.
Tingkat kognitif menurut Van Hiele
Dua tokoh pendidikan matematika dari Belanda, yaitu Pierre Van Hiele dan isterinya, Dian Van Hiele-Geldof, pada tahun-tahun 1957 sampai 1959 mengajukan suatu teori mengenai proses perkembangan yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri. Dalam teori yang mereka kemukakan, mereka berpendapat bahwa dalam mempelajari geometri para siswa mengalami perkembangan kemampuan berpikir melalui tahap-tahap tertentu.
Teori van Hiele mempunyai karakteristik, yaitu (1) tahap-tahap tersebut bersifat hirarki dan sekuensial, (2) kecepatan berpindah dari tahap ke tahap berikutnya lebih bergantung pada pembelajaran, dan (3) setiap tahap mempunyai kosakata dan sistem relasi sendiri-sendiri (Anne, 1999). Burger dan Culpepper (1993:141) juga menyatakan bahwa setiap tahap memiliki karakteristik bahasa, simbol dan metode penyimpulan sendiri-sendiri.
Clements & Battista (1992:426-427) menyatakan bawa teori van Hiele mempunyai karaketristik, yaitu (1) belajar adalah proses yang tidak kontinu, terdapat “lompatan” dalam kurva belajar seseorang, (2) tahap-tahap tersebut bersifat terurut dan hirarki, (3) konsep yang dipahami secara implisit pada suatu tahap akan dipahami secara eksplisit pada tahap berikutnya, dan (4) setiap tahap mempunyai kosakata sendiri-sendiri. Crowley (1987:4) menyatakan bahwa teori van Hiele mempunyai sifat-sifat berikut (1) berurutan, yakni seseorang harus melalui tahap-tahap tersebut sesuai urutannya; (2) kemajuan, yakni keberhasilan dari tahap ke tahap lebih banyak dipengaruhi oleh isi dan metode pembelajaran daripada oleh usia; (3) instrinsik dan ekstrinsik, yakni obyek yang masih kurang jelas akan menjadi obyek yang jelas pada tahap berikutnya; (4) kosakata, yakni masing-masing tahap mempunyai kosakata dan sistem relasi sendiri; dan (5) mismacth, yakni jika seseorang berada pada suatu tahap dan tahap pembelajaran berada pada tahap yang berbeda. Secara khusus yakni jika guru, bahan pembelajaran, isi, kosakata dan lainnya berada pada tahap yang lebih tinggi daripada tahap berpikir siswa.
Tahapan berpikir atau tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam pembelajaran geometri, menurut Van Hiele adalah sebagai berikut:
Level 0. Tingkat Visualisasi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini, siswa memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan (wholistic). Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan komponen-komponen dari masing-masing bangun. Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama sesuatu bangun, siswa belum mengamati ciri-ciri dari bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa tahu suatu bangun bernama persegipanjang, tetapi ia belum menyadari ciri-ciri bangun persegipanjang tersebut.
Level 1. Tingkat Analisis
Tingkat ini dikenal sebagai tingkat deskriptif. Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing bangun. Dengan kata lain, pada tingkat ini siswa sudah terbiasa menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut
Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa suatu bangun merupakan persegipanjang karena bangun itu “mempunyai empat sisi, sisi-sisi yang berhadapan sejajar, dan semua sudutnya siku-siku”
Level 2. Tingkat Abstraksi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengurutan atau tingkat relasional. Pada tingkat ini, siswa sudah bisa memahami hubungan antar ciri yang satu dengan ciri yang lain pada sesuatu bangun. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu segiempat sisi-sisi yang berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu sama panjang. Di samping itu pada tingkat ini siswa sudah memahami perlunya definisi untuk tiap-tiap bangun. Pada tahap ini, siswa juga sudah bisa memahami hubungan antara bangun yang satu dengan bangun yang lain. Misalnya pada tingkat ini siswa sudah bisa memahami bahwa setiap persegi adalah juga persegipanjang, karena persegi juga memiliki ciri-ciri persegipanjang.
Level 3. Tingkat Deduksi Formal
Pada tingkat ini siswa sudah memahami peranan pengertian-pengertian pangkal, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan terorema-teorema dalam geometri. Pada tingkat ini siswa sudah mulai mampu menyusun bukti-bukti secara formal. Ini berarti bahwa pada tingkat ini siswa sudah memahami proses berpikir yang bersifat deduktif-aksiomatis dan mampu menggunakan proses berpikir tersebut.
Level 4. Tingkat Rigor
Tingkat ini disebut juga tingkat metamatis. Pada tingkat ini, siswa mampu melakukan penalaran secara formal tentang sistem-sistem matematika (termasuk sistem-sistem geometri), tanpa membutuhkan model-model yang konkret sebagai acuan. Pada tingkat ini, siswa memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih dari satu geometri. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa menyadari bahwa jika salah satu aksioma pada suatu sistem geometri diubah, maka seluruh geometri tersebut juga akan berubah. Sehingga, pada tahap ini siswa sudah memahami adanya geometri-geometri yang lain di samping geometri Euclides.
Menurut Van Hiele, semua anak mempelajari geometri dengan melalui tahap-tahap tersebut, dengan urutan yang sama, dan tidak dimungkinkan adanya tingkat yang diloncati. Akan tetapi, kapan seseorang siswa mulai memasuki suatu tingkat yang baru tidak selalu sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Selain itu, menurut Van Hiele, proses perkembangan dari tahap yang satu ke tahap berikutnya terutama tidak ditentukan oleh umur atau kematangan biologis, tetapi lebih bergantung pada pengajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui siswa. Implementasi Teori Van Hiele Dalam Pembelajaran
Untuk meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi Van Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan 5 fase (langkah), yaitu ; informasi (information), orientasi langsung (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration).
Fase 1 (Inkuiri/Informasi)
Dengan tanya jawab antara guru dengan siswa, disampaikan konsep-konsep awal tentang materi yang akan dipelajari. Guru mengajukan informasi baru dalam setiap pertanyaan yang dirancang secermat mungkin agar siswa dapat menyatakan kaitan konsep-konsep awal dengan materi yang akan dipelajari. Bentuk pertanyaan diarahkan pada konsep yang telah dimiliki siswa, misalnya Apa itu garis yang sejajar? Apa itu garis yang sama panjang?Apa itu sudut yang sehadap, sepihak, dan bersebrangan? Apa itu segiempat? dan seterusnya.
Informasi dari tanya jawab tersebut memberikan masukan bagi guru untuk menggali tentang perbendaharaan bahasa dan interpretasi atas konsepsi-konsepsi awal siswa untuk memberikan materi selanjutnya, dipihak siswa, siswa mempunyai gambaran tentang arah belajar selanjutnya.
Fase 2 (Orientasi Berarah)
Sebagai refleksi dari fase 1, siswa meneliti materi pelajaran melalui bahan ajar yang dirancang guru. Guru mengarahkan siswa untuk meneliti objek-objek yang dipelajari. Kegiatan mengarahkan merupakan rangkaian tugas singkat untuk memperoleh respon-respon khusus siswa. Misalnya, guru meminta siswa mengamati gambar yang ditunjukkan berupa macam-macam segiempat.
Siswa diminta mengelompokkan jenis segiempat, sesuai dengan jenisnya, setelah itu menjiplak dan menggambarkan macam-macam segiempat dengan berbagai ukuran yang ditentukan sendiri pada kertas dengan mengunakan media alat tulis. Kemudian menempelkan pada buku masing-masing. Aktivitas belajar ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar aktif mengeksplorasi objek-objek (sifat-sifat bangun yang dipelajari) melalui kegiatan seperti mengukur sudut, melipat, menentukan panjang sisi untuk menemukan hubungan sifat-sifat dari bentuk bangun-bangun tersebut. Fase ini juga bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing eksplorasi siswa sehingga menemukan konsep-konsep khusus dari bangun-bangun geometri.
Fase 3 (Uraian)
Pada fase ini, siswa diberi motivasi untuk mengemukakan pengalamannya tentang struktur bangun yang diamati dengan menggunakan bahasanya sendiri. Sejauh mana pengalamannya bisa diungkapkan, mengekspresikan dan merubah atau menghapus pengetahuan intuitif siswa yang tidak sesuai dengan struktur bangun yang diamati. Pada fase pembalajaran ini, guru membawa objek-objek (ide-ide geometri, hubungan-hubungan, pola-pola dan sebagainya) ke tahap pemahaman melalui diskusi antar siswa dalam menggunakan ketepatan bahasa dengan menyatakan sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun-bangun yang dipelajari.
Fase 4 (Orientasi Bebas)
Pada fase ini siswa dihadapkan dengan tugas-tugas yang lebih kompleks. Siswa ditantang dengan situasi masalah kompleks. Siswa diarahkan untuk belajar memecahkan masalah dengan cara siswa sendiri, sehingga siswa akan semakin jelas melihat hubungan-hubungan antar sifat-sifat suatu bangun. Jadi siswa ditantang untuk mengelaborasi sintesis dari penggunaan konsep-konsep dan relasi-relasi yang telah dipahami sebelumnya.
Fase pembelajaran ini bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman menyelesaikan masalah dan menggunakan strategi-strateginya sendiri. Peran guru adalah memilih materi dan masalah-masalah yang sesuai untuk mendapatkan pembelajaran yang meningkatkan perolehan berbagai performansi siswa.
Fase 5 (Integrasi)
Pada fase ini, guru merancang pembelajaran agar siswa membuat ringkasan tentang kegiatan yang sudah dipelajari (pengamatan-pengamatan, membuat sintesis dari konsep-konsep dan hubungan-hubungan baru). Tujuan kegiata belajar fase ini adalah menginterpretasikan pengetahuan dari apa yang telah diamati dan didiskusikan. Peran guru adalah membantu pengiterpretasian pengetahuan siswa dengan meminta siswa membuat refleksi dan mengklarifikasi pengetahuan geometri siswa, serta menguatkan tekanan pada penggunaan struktur matematika.
C. Pengalaman Belajar Sesuai Tahap Berpikir van Hiele
Tingkat berpikir siswa dalam belajar geometri menurut teori van Hiele banyak bergantung pada isi dan metode pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu disediakan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Siswa SMP/MTs pada umumnya sudah sampai pada tahap berpikir deduksi informal. Hal ini sesuai dengan pendapat van de Walle (1990:270) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa SMP/MTs berada pada antara tahap 0 (visualisasi) sampai tahap 2 (deduksi informal). Berikut ini dijelaskan aktivitas-aktivitas yang dapat digunakan untuk tiga tahap pertama yaitu tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), dan tahap 2 (deduksi informal) (Crowley, 1987:7–12).
1. Aktivitas tahap 0 (visualisasi)
Pada tahap 0 (visualisasi) ini, siswa diharapkan dapat memperhatikan bangun-bangun geometri berdasarkan penampilan fisik sebagai suatu keseluruhan. Aktivitas untuk tahap ini sebagai berikut:
a. Memanipulasi, mewarna, melipat, dan mengkonstruk bangun-bangun geometri. b. Mengidentifikasi bangun atau relasi geometri dalam suatu gambar sederhana, dalam kumpulan potongan bangun, blok-blok pola atau alat peraga yang lain, dalam berbagai orientasi, melibatkan objek-objek fisik lain dalam kelas, rumah, foto, tempat luar, dan dalam bangun yang lain. c. Membuat bangun dengan menjiplak gambar pada kertas bergaris, menggambar bangun dan mengkonstruk bangun. d. Mendeskripsikan bangun-bangun geometri dan mengkonstruk secara verbal menggunakan bahasa baku atau tidak baku, misalnya kubus “seperti kotak”. e. Mengerjakan masalah yang dapat dipecahkan dengan menyusun, mengukur dan menghitung.
2. Aktivitas tahap 1 (analisis)
Pada tahap ini, siswa diharapkan dapat menyebutkan sifat-sifat bangun geometri. Aktivitas pada tahap ini antara lain: a. Mengukur, mewarna, melipat, memotong, memodelkan dan menyusun dalam urutan tertentu untuk mengidentifikasi sifat-sifat dan hubungan geometri lainnya. b. Mendeskripsikan kelas suatu bangun sesuai dengan sifat-sifatnya. c. Membandingkan bangun-bangun berdasarkan karakteristik sifat-sifatnya. d. Mengidentifikasi dan menggambar bangun yang diberikan secara verbal atau diberikan sifat-sifatnya secara tertulis. e. Mengidentifikasi bangun berdasarkan visual. f. Membuat suatu aturan dan generalisasi secara empirik (berdasarkan beberapa contoh yang dipelajari). g. Mengidentifikasi sifat-sifat yang dapat digunakan untuk mencirikan atau mengkontraskan kelas-kelas bangun yang berbeda. h. Menemukan sifat-sifat objek yang tidak dikenal. i. Menemukan dan menggunakan kata-kata atau simbol-simbol yang sesuai. j. Menyelesaikan masalah geometri yang dapat mengarahkan untuk mengetahui dan menemukan sifat-sifat suatu gambar, relasi geometri atau pendekatan berdasarkan wawasan.
3. Aktivitas tahap 2 (deduksi informal)
Pada tahap ini, siswa diharapkan mampu mempelajari keterkaitan antara sifat-sifat dari bangun-bangun geometri yang dibentuk. Aktivitas siswa untuk tahap ini dijelaskan sebagai berikut: a. Mempelajari hubungan yang telah dibuat pada tahap 1, membuat inklusi, dan membuat implikasi. b. Mengidentifikasi sifat-sifat minimal yang menggambarkan suatu bangun. c. Membuat dan menggunakan definisi. d. Mengikuti argumen-argumen informal. e. Mengajukan argumen informal. f. Mengikuti argumen deduktif, mungkin dengan menyisipkan langkah-langkah yang kurang. g. Memberikan lebih dari suatu pendekatan atau penjelasan. h. Melibatkan kerjasama dan diskusi yang mengarah pada pernyataan dan konversi. i. Menyelesaikan masalah yang menekankan pada pentingnya sifat-sifat gambar dan saling keterhubungannya.
Van de Walle (1990:270) membuat deskripsi aktivitas yang lebih sederhana dibandingkan dengan deskripsi yang dibuat Crowley. Menurut Van de Walle aktivitas pembelajaran untuk masing-masing tiga tahap pertama adalah:
1. Aktivitas tahap 0 (visualisasi)
Aktivitas siswa pada tahap ini antara lain: a. Melibatkan penggunaan model fisik yang dapat digunakan untuk memanipulasi. b. Melibatkan berbagai contoh bangun-bangun yang bervariasi dan berbeda sehingga sifat yang tidak relevan dapat diabaikan. c. Melibatkan kegiatan memilih, mengidentifikasi dan mendeskripsikan berbagai bangun, dan d. Menyediakan kesempatan untuk membentuk, membuat, menggambar, menyusun atau menggunting bangun.
2. Aktivitas tahap 1 (analisis)
Aktivitas siswa pada tahap ini antara lain: a. Menggunakan model-model pada tahap 0, terutama model-model yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan berbagai sifat bangun. b. Mulai lebih menfokuskan pada sifat-sifat dari pada sekedar identifikasi. c. Mengklasifikasi bangun berdasar sifat-sifatnya berdasarkan nama bangun tersebut. d. Menggunakan pemecahan masalah yang melibatkan sifat-sifat bangun.
3. Aktivitas tahap 2 (deduksi informal)
Aktivitas siswa pada tahap ini antara lain: a. Melanjutkan pengklasifikasian model dengan fokus pada pendefinisian sifat, membuat daftar sifat dan mendiskusikan sifat yang perlu dan cukup untuk kondisi suatu bangun atau konsep. b. Memuat penggunaan bahasa yang bersifat deduktif informal, misalnya semua, suatu, dan jika – maka, serta mengamati validitas konversi suatu relasi. c. Menggunakan model dan gambar sebagai sarana untuk berpikir dan mulai mencari generalisasi atau kontra contoh.
RUJUKAN Anne. T.. 1999. The van Hiele Models of Geometric Thought. (Online) Http://euler.slu.edu/teach_material/van_hiele_model_of_geometry.html, diakses 14 Oktober 2005).
Budiarto, M.T.. 2000. Pembelajaran Geometri dan Berpikir Geometri. Dalam prosiding Seminar Nasional Matematika “Peran Matematika Memasuki Millenium III”. Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya. Surabaya, 2 Nopember.
Clements, D.H. & Battista, M.T.. 1992. Geometry and Spatial Reasoning. Dalam Grouws, D.A. (Ed). Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning. New York: MacMillan Publishing Company.
Clements, D.H. & Battista, M.T.. 2001. Geometry and Proof. (Online) (Http://www.terc.edu/investigation/relevant/html/Geometry.html, diakses 14 Oktober 2005).
Purnomo, A.. 1999. Penguasaan Konsep Geometri dalam Hubungannya dengan Toeri Perkembangan Berpikir van Hiele pada Siswa Kelas II SLTP Negeri 6 Kodya Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang.
Van de Walle, J.A.. 1990. Elementary School Mathematics: Teaching Developmentally.
Selengkapnya.....

Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang memiliki prestasi bagus untuk mendapatkan beasiswa Prestasi dan Beasiswa Khusus Keluarga Kurang Mampu. Setelah diadakan seleksi oleh Kemenag RI lewat koordinasi dengan Kopertais Wilayah IV Surabaya, maka Fakultas Agama Islam UNISMA memutuskan kepada nama-nama berikut ini untuk menerima bantuan beasiswa mahasiswa Prestasi dan beasiswa mahasiswa kurang mampu. Berikut ini adalah nama-nama mahasiswa yang memperoleh beasiswa yang dimaksud :
1 ABDUL HAMID ZAINURI
2 ABDULLAH HUSNUL MUNIR
3 AHMAD AVISENA
4 AHMAD SUFYAN ALI
5 AHMAD ZAINI
6 ALFIN AZIZI
7 ALIFATUN NISA
8 AMIN MUSTOFA
9 NAILAH MASRUROH
10 ANNISAH
11 ARIF YULIANTO
12 ARYA ZUKHRIFAH
13 AS'ADATUN NISA'
14 ADI SUSANTO
15 CHOIRUN NISA'
16 AZIZAH RAHMAWATI
17 DEWI ISNANIK
18 DIAN IRAWATI
19 ERLINDA MAGHFIROH
20 NURUL WIJIATI
21 FARDIAN NAFISAH
22 FRIDA ZAKIYA SUSANTI
23 IKE WIDYA SANTININGTYAS
24 IMAM SYAFI'I
25 KHUSNUL KHOTIMAH
26 LAILATUL FITRIAH CHAMID
27 LU'LU' ATUL MAJIDAH
28 LISTIN MARDIANA
29 LUTFIATUL UMMAH
30 MIFTAHUL JANNAH
31 MISKIYAH YUANITA
32 MOHAMMAD HERI MASHADI
33 M.ROBI DARWIS
34 NILNA IZZATUL ULYA
35 NI'MATUL LAILIK
36 NUR ASMA
37 NURUL SOFIYAH
38 RATNA MUFIDAH
39 FARIANA SULISTIANA
40 RITA ISMATUL KHOIROH
41 ROHMAT SHOBARI
42 SHELLA KARTIKA DEWI
43 SITI MUHAYEROH
44 YULI DWI INDAHWATI
45 YUSRAN HABIBI
46 ZULFAYANI
47 YANIK INDRAWATI
48 MARTHINA KUMALASARI
49 AHMAD MUHAIMIN
50 MUFIDHATIN NASHIHAH
51 IMAADU DAARIL ABROOR
52 ZETIK ROFIQOH
53 ARIF RACHMAN
54 LINDA ROHYANI
55 CHOIRUR ROZIQIN
56 DIDIN WAHYUANTO
57 HARI TRISNANING ATI
58 HIKMATUL MAHFUDHOH
59 HOMSIN
60 M. SYAIFUL ARIF
61 MOKH. AFIF ABDUL WAHID
62 MUHAMMAD UMAR JAILANI
63 NIDA ZDU SURAIYAH
64 PRIYO HARDIANSYAH
65 WARDATUL ULA
66 SUFIYAH
67 USWATUN HASANAH
68 WIWIK NURUL LATIFAH
69 ZULIATUL MASRUROH
CATATAN
Kepada nama-nama mahasiswa yang disebut dalam daftar penerima beasiswa tersebut supaya menyerahkan Fotocopy KTP yang masih berlaku. Adapun yang dicopy adalah bagian DEPAN dan BELAKANG KTP sebanyak 2 buah dan copy KTP diperbesar hingga ukuran 150 % dalam kertas ukuran FOLIO. Terakhir pengiriman KTP hari Sabtu, 29 September 2012 pukul 18.00 di kantor TU FAI UNISMA.
Bagi yang melewati tenggat waktu yang telah ditentukan dinyatakan gugur dan akan dicoret dari peserta penerima beasiswa prestasi dan kurang mampu.
Khusus nama-nama mahasiswa berikut supaya mengumpulkan fotocopy ijazah SMU sebanyak 2 lembar :
1. AHMAD AVISENA
2. NAILAH MASRUROH
3. ARIF YULIANTO
4. NILNA IZZATIL ULYA
5. WARDATUL ULA
Selengkapnya.....

Download MK

MSI

Translator



English French German Spain Dutch Arabic

Recent Post

DAFTAR ISI BLOG

1.Blog Sejenis
2.Line Website UNISMA
3.Jam’ul Qur’an
4.Hadis Pra Modifikasi
5.Kampus Pusat Budaya
6.Qawaidul Fiqhiyyah
7.Sarjana Pengangguran
8.Penyimpangan dalam Penafsiran al Qur’an
9.Implementasi Ilmu Islam dalam Peguruan Tinggi Islam
10.Pemikiran Ibn Miskawaih Dlm Pendidikan
11.Otentisitas Hadis versi Orientalis
12.Maqashid al Tasyri’
13.Sejarah Peradilan Islam
14.Mengais Kembali Konsep Turats
15.Sufi Martir Ain Qudhat
16.Tema Pokok al Qur’an
17.Metodologi Penelitian
18.Nilai Maslahat dan HAM dalam Maqashid al Tasyri’
19.Pembaharuan Kurikulum Dasar Menengah
20.Pemikiran al Mawardi
21.Tasawwuf al Falsafi
22.Profil Dosen FAI UNISMA
23.Download Bahan Kuliah
24.Ikhtilaf al Hadis Part. I
25.Ikhtilaf al Hadis Part. II
26.Filsafat Ibn Rusyd
27.Inkar as Sunnah I
28.IInkar as Sunnah Part. II
29.Beasiswa Kuliah Gratis
30.Download MAteri Perkuliahan
31.Uji Timbang Blog
32.Award Pertama Buat FAI
33.Hakikat Manusia : Sebuah Renungan
34.Award oh Award
35.Pengumuman Mengikuti Beasiswa
36. Blog-ku Istana-ku
37.Kuliah Umum di FAI Unisma
38. Info LAnjutan Beasiswa
39. Dukungan Untuk Sang Guru
40. Zikir Akbar di Unisma
41.Ujian Seleksi Kuliah Beasiswa
42. Habil dan Qabil di Era Global
43. Suasana Ujian Seleksi Beasiswa
44. Mengapa aku harus memilih?
45.Pengumuman Hasil Ujian
46. award Dari Sobat Blogger
47. Psikotest Mahasiwa Beasiswa
48. Award Maning
49.Award Blogging 4 Earth
50. Pengumuman Hasil Ujian
51.Award Motivasi & Perilaku
52. Sistem Pembekalan Akademik
53. Award Tiad aPernah Berakhir
54. Light Up The Noght
55.Cap Jempol Darah
56.Awardmu-Awardku-AwardKita
57.Anti Mati Gaya Open Minded
58.Award Is Never Die
59.KEM tingkat Nasional
60.Pengumuman Kuliah Umum
61.Virus Malas Ngeblog
62.Pengumuman Hasil Seleksi Ujian
63. Prote Hasil Pilpres
64. Ramadhan Itu Datang Lagi
65.Orientasi Pendidikan MABA UNISMA
66.Download PPT HAM dan Gender
67.Gus Dur:Sang Guru Bangsa
68.Gerakan Fundamentalisme Islam
69.Download E-Book
70.FAI UNISMA
71.Umar Ibn al Khaththab
72.Beasiswa Kuliah Prodi PGMI
73.Ikhtilaf al Hadis Part. II
74.Gelar Doa sivitas FAI UNISMA
75.Pengumuman Pelaksanaan Tes Ujian Prodi PGMI
76.Pengumuman Hasil Tes Ujian Prodi PGMI
77.Beasiswa S2 Prodi Hukum Islam PPS UNISMA
78.Selamat Jalan Akhi
79.Pesta Demokrasi
80.Ordik MABA UNISMA
81.Islam Rahmat Lil Alamin
82.Beasiswa Bagi Guru PAI di Kemendiknas
83.Hasil Akreditasi PGMI
84.Rekonstruksi Kurikulum FAI UNISMA
85.Beasiswa Perkuliahan Prodi PAI
86. Ketentuan Lomba Lustrum
87. Pengumuman Hasil Psikotes
88. Beasiswa Untuk Guru PAI
89. Islam dan Ilmu Pengetahuan
90. Pengumuman Kelulusan Penerima Beasiswa
91. Pengumuman Hasil Seleksi Ujian Tulis
92. Maqamat dan Ahwal al Sufiyah
93. Ikhtilah Ulama